TATA CARA PEMANFAATAN AIR HUJAN

Lampiran Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup, Nomor : 12 Tahun 2009; Tanggal : 15 April 2009
I. Pendahuluan
Dalam siklus hidrologi, air hujan jatuh ke permukaan bumi, sebagian  masuk ke dalam tanah, sebagian menjadi aliran permukaan, yang  sebagian besar masuk ke sungai dan akhirnya bermuara di laut. Air  hujan yang jatuh ke bumi tersebut menjadi sumber air bagi makhluk hidup.
Curah hujan di wilayah Indonesia cukup tinggi, yaitu 2.000 – 4.000  mm/tahun dapat menjadi sumber air bersih, tetapi sering  menimbulkan banjir pada musim penghujan, karena air hujan tidak dapat meresap ke tanah seiring dengan menurunnya daerah resapan.
Di sisi lain dengan pertumbuhan jumlah penduduk, maka kebutuhan  air bersih meningkat, diperkirakan pemanfaatan air tanah untuk memenuhi kebutuhan penduduk sebesar 100 liter/ hari/orang.
Pemanfaatan air tanah yang berlebihan akan menimbulkan dampak  negatif antara lain: intrusi air laut, penurunan muka air tanah,  amblesan tanah (land subsidence) yang menyebabkan genangan banjir  dimusim penghujan. Sementara itu alih fungsi lahan pada daerah  resapan akan menurunkan resapan air hujan, sehingga terganggunya ketersedian air bersih.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut di atas, maka perlu  dipertahankan kesetimbangan melalui proses pengambilan dan  pengisian air hujan (presipitasi dan infiltrasi) dengan meresapkan ke  dalam pori-pori/rongga tanah atau batuan, serta dilakukan upaya konservasi air.
Prinsip dasar konservasi air adalah mencegah atau meminimalkan air  yang hilang sebagai aliran permukaan dan menyimpannya semaksimal  mungkin ke dalam tubuh bumi. Atas dasar prinsip ini maka curah  hujan yang berlebihan pada musim hujan tidak dibiarkan mengalir ke  laut tetapi ditampung dalam suatu wadah yang memungkinkan air  kembali meresap ke dalam tanah (groundwater recharge) melalui  pemanfaatan air hujan dengan cara membuat kolam pengumpul air  hujan, sumur resapan dangkal, sumur resapan dalam dan lubang  resapan biopori. Pemanfaatan air hujan dipengaruhi oleh beberapa  faktor antara lain curah hujan, nilai kelulusan batuan (konduktivitas  hidrolik), luas tutupan bangunan, muka air tanah, dan lapisan  akuifer. Agar dapat terimplementasikan pada masyarakat atau pengelola bangunan maka diperlukan tata cara pemanfaatan air hujan.
II. Tata Cara Pembuatan Kolam Pengumpul Air Hujan, Sumur Resapan dan Lubang Resapan Biopori
A. Kolam Pengumpul Air Hujan
1. Kolam Pengumpul Air Hujan di atas Permukaan Tanah
Cara ini diperuntukkan bagi lokasi yang mempunyai karakteristik sebagai berikut:
  1. muka air tanah dangkal < 1 m;
  2. jenis tanah yang mempunyai kapasitas infiltrasi rendah seperti lempung dan liat; atau
  3. kawasan karst, rawa, dan/atau gambut.
b. Konstruksi
  1. membuat saluran air dari talang bangunan (dengan bahan PVC) ke dalam kolam pengumpul air hujan;
  2. membuat kolam pengumpul air hujan dari beton, batu bata,  tanah liat atau bak fiber/aluminium, dilengkapi dengan  saluran pelimpasan keluar dari kolam pengumpul air hujan; dan
  3. membuat penutup kolam pengumpul air hujan.
c. Pemeliharaan
  1. membersihkan talang dan saluran air dari kotoran seperti ranting, dedaunan agar tidak tersumbat; dan/atau
  2. melakukan analisis laboratorium untuk mengetahui kualitas air di dalam kolam pengumpul air (bila perlu).
2. Kolam Pengumpul Air Hujan di bawah Permukaan Tanah
Cara ini diperuntukkan bagi lokasi yang mempunyai karakteristik sebagai berikut:
  1. daerah bebas banjir;
  2. muka air tanah dangkal > 2 m;
  3. keterbatasan ruang di atas tanah; dan/atau
  4. daerah dengan ketinggian permukaan tanah minimal di  atas 10 m di atas permukaan laut dengan luas lahan terbatas.
b. Konstruksi
  1. membuat saluran air (PVC) dari talang bangunan ke dalam kolam pengumpul air hujan;
  2. membuat kolam pengumpul air hujan dari beton, batu bata,  atau bak fiber/aluminium dilengkapi dengan saluran  pelimpasan keluar dari kolam pengumpul air hujan. Apabila  kolam pengumpul tersebut dimanfaatkan untuk keperluan  sehari-hari maka dapat dilengkapi dengan pompa air yang diletakkan pada permukaan tanah; dan
  3. membuat penutup kolam pengumpul air hujan.
c. Pemeliharaan
  1. membersihkan talang dari kotoran seperti ranting, dedaunan agar tidak tersumbat; dan/atau
  2. melakukan analisis laboratorium untuk mengetahui kualitas air di dalam kolam pengumpul air (bila perlu).
B. Sumur Resapan
1. Sumur Resapan Dangkal
Cara ini diperuntukkan bagi lokasi yang mempunyai karakteristik sebagai berikut:
  1. tinggi muka air tanah > 0,5 m; dan/atau
  2. berada pada lahan yang datar dan berjarak minimum 1 m dari pondasi bangunan.
  1. sumur resapan dangkal dibuat dalam bentuk bundar atau  empat persegi dengan menggunakan batako atau bata merah atau buis beton;
  2. sumur resapan dangkal dibuat pada kedalaman di atas  muka air tanah atau kedalaman antara 0,5 – 10 m di atas  muka air tanah dangkal dan dilengkapi dengan memasang  ijuk, koral serta pasir sebesar 25% dari volume sumur resapan dangkal;
  3. sumur resapan dangkal dilengkapi dengan bak kontrol  yang dibangun berjarak + 50 cm dari sumur resapan dangkal yang berfungsi sebagai pengendap;
  4. sumur resapan dangkal dan bak kontrol dilengkapi dengan  penutup yang dapat dibuat dari beton bertulang atau plat besi;
  5. membuat saluran air dari talang rumah atau saluran air di  atas permukaan tanah untuk dimasukkan ke dalam sumur  dengan ukuran sesuai jumlah aliran. Sumur resapan yang  sumber airnya dialirkan melalui talang bangunan tidak perlu membuat bak kontrol; dan
  6. memasang pipa pembuangan yang berfungsi sebagai  saluran limpasan jika air dalam sumur resapan sudah penuh.
c. Pemeliharaan
  1. membersihkan bak kontrol dan sumur resapan dangkal  dengan mengangkat filter yang berupa ijuk, koral dan pasir  pada setiap menjelang musim penghujan atau disesuaikan dengan kondisi tingkat kebersihan filter; dan/atau
  2. melakukan analisis laboratorium untuk mengetahui  kualitas air yang masuk ke dalam sumur resapan apabila  terdapat unsur-unsur tercemar. Parameter analisa air  tanah dapat mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan  Nomor 416 Tahun 1990 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air.
2. Sumur Resapan Dalam
  1. diutamakan di daerah land subsidence dan/atau daerah genangan;
  2. penurunan muka air tanah dalam kondisi kritis;
  3. ketinggian muka air tanah > 4 m; dan/atau
  4. sumur resapan dalam dapat dipadukan dengan sumur eksploitasi yang telah ada dan/atau yang akan dibuat.
b. Konstruksi
  1. sumur resapan dalam dibuat melalui pemboran dengan  lubang bor tegak lurus dan diameter minimal 275 mm (11 inch) untuk seluruh kedalaman;
  2. diameter pipa lindung dan saringan minimal 150 mm (6  inch);
  3. kedalaman sumur resapan dalam disesuaikan dengan kondisi akuifer dalam yang ada;
  4. bibir sumur atau ujung atas pipa lindung terletak minimal  0,25 m di atas muka tanah dan dilengkapi dengan penutup pipa;
  5. saringan sumur bor harus ditempatkan tepat pada  kedudukan akuifer yang disarankan untuk peresapan.  Apabila akuifernya mempunyai ketebalan lebih dari 3 m,  maka panjang minimal saringan yang dipasang harus 3 m, ditempatkan di bagian tengah akuifer;
  6. ruang antara dinding lubang bor dan pipa lindung di atas  dan di bawah pembalut kerikil diinjeksi dengan lumpur  penyekat, sehingga terbentuk penyekat-penyekat setebal 3  m di bawah kerikil pembalut dan setebal minimal 2 m di atas kerikil pembalut;
  7. ruang antara dinding lubang bor dan pipa jambang di atas  kerikil pembalut mulai dari atas lempung penyekat hingga  kedalaman 0,25 m di bawah muka tanah harus diinjeksi dengan bubur semen, sehingga terbentuk semen penyekat;
  8. di sekeliling sumur harus dibuat lantai beton semen  dengan luas minimal 1 m2, berketebalan minimal 0,5 m  mulai 0,25 m di bawah muka tanah hingga 0,25 m di atas muka tanah;
  9. sumur resapan dalam dilengkapi dengan 2 buah bak  kontrol yang dibuat secara bertingkat dengan  menggunakan batu bata, batako, atau cor semen secara  berhimpit berukur panjang 1 m, lebar 1,5 m, dan  kedalaman 1,5 m, dasar bak kontrol disemen; dan
  10. untuk bak penyaring, dibuat dengan kedalaman 1 m dan  diisi dengan pasir dengan ketebalan 25 cm, koral setebal  25 cm dan ijuk setebal 25 cm. Bak kontrol 2, dengan  kedalaman 1,5 m diisi dengan ijuk setebal 25 cm, arang  aktif setebal 25 cm, koral setebal 25 cm, dan ijuk setebal 25 cm.
c. Pemeliharaan
  1. membersihkan atau mengganti penyaring dari kotoran dan  endapan/lumpur yang menyumbat pada bak penyaring,  pada musim penghujan dan kemarau atau sesuai dengan keperluan; dan/atau
  2. melakukan analisis laboratorium untuk mengetahui  kualitas air yang masuk ke dalam sumur resapan.  Parameter analisa air tanah dapat mengacu pada Peraturan  Menteri Kesehatan Nomor 416 Tahun 1990 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air.
C. Lubang Resapan Biopori (LRB)
a. daerah sekitar pemukiman, taman, halaman parkir dan sekitar pohon; dan/atau
b. pada daerah yang dilewati aliran air hujan.
2. Konstruksi
a. membuat lubang silindris ke dalam tanah dengan diameter  10 cm, kedalaman 100 cm atau tidak melampaui  kedalaman air tanah. Jarak pembuatan lubang resapan biopori antara 50 – 100 cm;
b. memperkuat mulut atau pangkal lubang dengan menggunakan:
  1. paralon dengan diameter 10 cm, panjang minimal 10 cm; atau
  2. adukan semen selebar 2 – 3 cm, setebal 2 cm disekeliling mulut lubang.
c. mengisi lubang LRB dengan sampah organik yang berasal  dari dedaunan, pangkasan rumput dari halaman atau sampah dapur; dan
d. menutup lubang resapan biopori dengan kawat saringan.
3. Pemeliharaan
a. mengisi sampah organik kedalam lubang resapan biopori;
b. memasukkan sampah organik secara berkala pada saat  terjadi penurunan volume sampah organik pada lubang resapan biopori; dan/atau
c. mengambil sampah organik yang ada dalam lubang resapan  biopori setelah menjadi kompos diperkirakan 2 – 3 bulan telah terjadi proses pelapukan.
III. Kebutuhan Jumlah Kolam Pengumpul Air Hujan, Sumur Resapan dan Lubang Resapan Biopori
A. Jumlah Unit Kolam Pengumpul Air Hujan yang Diperlukan Berdasarkan Luas Tutupan Bangunan
B. Jumlah Unit Sumur Resapan Dangkal, Sumur Resapan Dalam dan  Lubang Resapan Biopori yang diperlukan berdasarkan Luas Tutupan Bangunan
C. Nilai Kelulusan Batuan (Konduktivitas Hidrolik) (m/hari) berdasarkan Jenis Batuan

banjir dan faktor penyebabnya

Banjir adalah peristiwa terjadinya genangan di dataran banjir sebagai akibat terjadinya limpasan air dan sungai yang disebabkan debit air yang mengalir di sungai tersebut melebihi kapasitas pengalirannya. Selain akibat terjadinya limpasan sungai, genangan banjir dapat pula terjadi akibat terjadinya hujan setempat dimana genangan terjadi ; serta akibat terjadinya air pasang dari laut. Ketiga peristiwa tersebut bisa terjadi secara bersamaan maupun terpisah.
Upaya manusia untuk mengatasi masalah genangan dan banjir sampai sekitar tahun 1960-an terutama dengan mengandalkan bangunan/rekayasa teknik sipil pengendalian banjir (flood control) yang dikenal sebagai upaya fisik/struktur (structural measures). Upaya ini bertujuan untuk mengendalikan banjir sampai tingkat/besaran banjir tertentu dan tidak untuk menangani banjir yang besar. Oleh sebab itu upaya ini tidak untuk menciptakan/ mengubah daerah dataran banjir menjadi kebal dan aman terhadap ancaman banjir secara mutlak. Dalam kamus ICID, “flood control” adalah “the provbision of a specific amount of protection from flood”.
Menyadari adanya keterbatasan upaya yang bersifat struktur tersebut, maka konsep penanganan masalah banjir yang akhir-akhir ini dikembangkan adalah penanganan yang menyeluruh/komprehensif, yaitu kombinasi antara upaya struktur dan nonstruktur.
Upaya untuk mengatasi masalah banjir di Indonesia sebenarnya telah dilakukan sejak masalah tersebut timbul, baik yang dikerjakan oleh masyarakat yang langsung tertimpa masalah maupun oleh pemerintah. Sebagai contoh, pembangunan berbagai sarana pengendalian banjir seperti saluran banjir kanal sungai arau dan pintu air lubuk begalung untuk mengatasi masalah banjir di kota Padang, telah dilakukan pada sekitar tahun 1920.
Masalah banjir adalah masalah yang sangat terkait dengan lingkungan hidup, yang dipengaruhi oleh keadaan dan peristiwa alam yang bersifat dinamis, serta akibat adanya berbagai kegiatan manusia di daerah aliran sungai (DAS) baik di hulu, tengah, dan hilir yang juga dinamis. Oleh sebab itu maka kunci keberhasilan upaya mengatasi masalah banjir ditentukan oleh tingkat keharmonisan antara berbagai kegiatan manusia dengan alam lingkungannya. Untuk itu maka masyarakat perlu ditingkatkan kesadarannya, kepeduliannya, serta kecintaannya terhadap alam dan lingkungan hidup.
Apa sih penyebab banjir itu???…
Masalah banjir adalah masalah yang menyangkut lingkungan hidup, dan terjadinya masalah umumnya merupakan akumulasi dari berbagai faktor penyebab yang sangat luas dan komplek. Berbagai faktor penyebab tersebut dapat dibagi dalam dua kelompok yaitu faktor penyebab yang bersifat alamiah (yang menyangkut kondisi serta peristiwa alam), dan adanya pengaruh/campur tangan manusia yang bermukim dan melakukan berbagai kegiatan di daerah aliran sungai (DAS) baik di bagian hulu, tengah maupun di hilir.
Kondisi dan Peristiwa Alam
Kondisi alam pada umumnya merupakan fenomena yang relatif statis, sedangkan peristiwa atau kejadian alam adalah bersifat dinamis, yang berubah-ubah menurut waktu.
Kondisi alam yang kemungkinan dapat menimbulkan masalah banjir antara lain :
  • Letak geografis lahan yang terkena masalah banjir berada di dataran rendah/dataran banjir, sehingga rawan genangan dan banjir.
  • Pembendungan aliran sungai akibat adanya pendangkalan alur/ambal alam di dasar sungai dan penyempitan (bottle neck)
  • Terdapatnya hambatan aliran akibat kondisi geometri alur sungai seperti terdapatnya meandering, pertemuan anak sungai dengan induk sungainya yang tidak “stream line”.
  • Kemiringan dasar sungai yang landai, yang menyebabkan kapasitas pengaliran sungai relatif kecil.
  • Sedimentasi pada dasar sungai dan bantaran, yang mengurangi luas tampak basah sungai.
Peristiwa alam yang dapat menimbulkan masalah banjir dan genangan banjir antara lain :
  • Curah hujan yang tinggi
    Aliran di sungai yang dapat menimbulkan limpasan dan banjir berasal dari air hujan di DAS nya dengan teknik tertentu telah dapat dilakukan prakiraan besarnya curah hujan dan kapan serta dimana terjadinya, namun untuk mengatur besar kecilnya dan dimana terjadinya curah hujan tersebut sampai saat ini masih diluar batas kemampuan manusia. Oleh sebab itu maka upaya manusia hanya terbatas pada pengendalian air/aliran yang telah jatuh di bumi.
  • Terjadinya pembendungan aliran akibat terjadinya puncak banjir pada sungai induk yang bersamaan waktunya dengan puncak banjir pada anak sungai.
  • Pembendungan di muara sungai akibat terjadinya pasang naik yang bersamaan dengan puncak banjir di sungai.
  • Terjadinya air pasang sehingga menimbulkan limpasan air sungai dan air laut.
  • Terjadinya kenaikan muka air laut akibat pemanasan global.
  • Terjadinya amblesan permukaan tanah di daerah “alluvial plain”.
Pengaruh Kegiatan Manusia
Berbagai kegiatan manusia yang dapat mengakibatkan timbulnya masalah banjir antara lain :
  • Pertumbuhan jumlah penduduk yang pesat seperti halnya di Jabotabek yang memerlukan berbagai fasilitas dan kegiatan yang berdampak langsung maupun tidak langsung terhadap terjadinya masalah banjir.
  • Pembangunan/pemanfaatan daerah rendah yang berupa dataran banjir yang sebenarnya rawan terhadap banjir untuk berbagai keperluan seperti daerah pemukiman /perkotaan, industri, perkantoran maupun pertanian yang kurang memperhatikan dan mengatasipasi adanya resiko genangan banjir yang bisa terjadi pada setiap saat.
  • Perubahan kondisi lahan, antara lain dengan adanya penebangan hutan, pengembangan daerah pertanian, pengembangan pemukiman, industri, pariwisata dan sebagainya pada DAS baik di hulu, tengah maupun di hilir yang menimbulkan kenaikan koefisien run-off, memperkecil peresapan, dan menimbulkan perubahan watak banjir yang berupa peningkatan debit banjir pada sungai dari waktu ke waktu.
  • Pembangunan di daerah dataran banjir untuk kawasan pemukiman, industri dan untuk kepentingan lainnya, berakibat semakin berkurangnya luas daerah retensi banjir alamiah, sehingga besarnya debit banjir yang mengalir di sungai semakin meningkat.
  • Kapasitas sungai untuk mengalirkan banjir berkurang oleh adanya bangunan baik legal maupun ilegal, baik pemanen maupun darurat, di sepanjang tebing dan bantaran sungai. Kondisi ini banyak dijumpai pada sungai-sungai yang melewati daerah perkotaan/pemukiman.
  • Tanaman/pepohonan di bantaran sungai (lahan diantara tanggul dan tebing sungai) dapat mempersempit penampang basah sungai sehingga mengurangi kapasitas pengaliran banjir.
  • Sampah padat yang dibuang ke saluran dan sungai menimbulkan pendangkalan dan penyempitan alur serta menghambat aliran, banyak di jumpai hampir di seluruh sungai yang melewati daerah perkotaan.
  • Pembangunan sarana drainase dari daerah pertanian dan pemukiman di lahan dataran rendah/dataran banjir dengan tujuan mengeringkan lahan tersebut terhadap genangan lokal, menjadikan debit banjir di sungai meningkat sekaligus memperkecil potensi lahan yang dikeringkan tersebut sebagai daerah retensi banjir.
  • Bangunan-bangunan silang di sepanjang sungai seperti jembatan, bendung, bangunan terjunan, talang air, pipa air minum, pipa listrik, serta bangunan sementara, sering menimbulkan gangguan terhadap kelancaran aliran banjir apabila tidak direncanakan dan dilaksanakan dengan benar.
  • Terjadinya penurunan tanah “land subsidence” akibat penyedotan air tanah secara berlebihan terutama di daerah perkotaan.
  • Terbatasnya pengertian masyarakat terhadap masalah banjir dan upaya mengatasinya sehingga berbagai kegiatannya kurang mendukung pengurangan masalah.
Masalah banjir yang cenderung semakin meningkat di Indonesia dari tahu ke tahun terutama disebabkan oleh adanya perubahan watak banjir serta pesatnya pembangunan dan berbagai kegiatan manusia di dataran banjir yang rawan banjir.
Luas daerah dataran banjir yang rawan terhadap masalah banjir pada Pelita I baru meliputi…. Ha ; namun pada Pelita Vi telah berkembang menjadi …..Ha. perkembangan tersebut sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk dan tingkat kehidupannya seiringan dengan pesatnya pembangunan yang sebagian besar berlangsung di daerah dataran banjir.
Selain itu terjadinya perubahan tata guna lahan di daerah hulu sungai telah mendorong laju pertumbuhan lahan kritis dan meningkatkan tingkat erosi dan banjir, ditambah lagi adanya kesadaran masyarakat terhadap lingkungan yang relatif masih kurang.
Nb :
ALLAH Swt telah menciptakan Alam dengan susunan yang sempurna dan sedemikian rupa, meliputi segala sisi keseimbangan dan keanekaragaman didalamnya, dia dipersembahkan untuk manusia yang memegang tampuk sebagai khalifah untuk mengelolannya dengan penuh arif dan bijaksana. Akal dan fikiran manusia seharusnya digunakan untuk berpikir dan merenung akan segala ciptaan dari sang khalik untuk kemudian bersyukur kepadanya dan bukan malah sebaliknya yaitu digunakan untuk menentangnya dan menghamba pada hawa nafsu demi memuaskan kerakusan dan ketamakan dirinya, menumpuk pundi-pundu rupiah. Sadarkah manusia bahwa alam sama sekali tidak tunduk pada logika dan rasio manusia tetapi dia tunduk pada sunatulloh dari penciptanya yang maha agung
Apa pendapatmu jika alam yang diciptakan dengan sempurna dan seimbang didalamnya, dibuat sedemikian rupa oleh manusia-manusia yang tidak bertanggung jawab, dan pantaskah jika kita menuduh tuhan kejam pada kita jika pada akhirnya alam yang diciptakan memberikan reaksinya berupa banjir dan tanah longsor

Soal IPS SD kelas 3

 1. Kebutuhan hidup dapat terpenuhi dengan ….
a. bekerja
b. memohon
c. meminta
d. belajar

2. Orang yang malas bekerja, hidupnya akan ….
a. bahagia
b. enak
c. sempurna
d. sengsara

3. Dalam bekerja, kita harus mengutamakan ….
a. penghasilan
b. kejujuran
c. kepentingan
d. kecepatan

4. Di dalam bekerja juga dibutuhkan ….
a. teman yang menyenangkan
b. tempat yang cocok
c. semangat yang tinggi
d. upah yang tinggi

5. Pekerjaan yang dilakukan dengan tidak semangat akan
memberikan hasil ….
a. menyenangkan
b. menggembirakan
c. memuaskan
d. mengecewakan

6. Tukang kayu adalah pekerjaan yang menghasilkan ….
a. jasa
b. orang
c. barang
d. uang

7. Orang yang memberikan jasa akan memperoleh ….
a. barang
b. jasa
c. imbalan
d. hadiah

8. Pekerjaan yang menghasilkan jasa adalah ….
a. tukang cukur
b. pegawai negeri
c. karyawan pabrik
d. berdagang

9. Modal penting untuk mendapatkan pekerjaan adalah ….
a. uang dan barang
b. pendidikan dan keterampilan
c. teman dan saudara
d. guru dan orang tua

10. Orang bekerja untuk mendapatkan ….
a. penghargaan
b. kebutuhan
c. kesenangan
d. penghasilan

11. Pekerjaan yang dilakukan dengan kerja sama harus
didasari rasa ….
a. berat hati
b. menggerutu
c. ikhlas
d. mengomel

12. Rudi mengalami kesulitan dalam mengerjakan PR, sebaiknya
yang dilakukan adalah ….
a. tidak mengerjakan
b. bertanya kepada kakak
c. mencontek teman
d. melupakan

13. Pekerjaan yang berat akan terasa lebih ringan jika dikerjakan
dengan ….
a. kerja sama
b. bantuan
c. badan yang kuat
d. pendidikan tinggi

14. Pekerjaan rumah akan cepat selesai jika dikerjakan ….
a. ayah
b. ibu
c. kakak
d. semua anggota keluarga

15. Kerja sama yang tidak boleh dilakukan di sekolah adalah ….
a. membersihkan kelas
b. mengerjakan ulangan
c. mengerjakan tugas kelompok
d. berangkat sekolah bersama

16. Lingkungan rumah yang bersih dapat diciptakan melalui ….
a. kerja sama di antara anggota keluarga
b. pembakaran sampah yang sudah menumpuk
c. kerja sendiri-sendiri tanpa bantuan orang lain
d. kerja seenaknya di luar rumah

17. Kebersihan dan kerapian rumah merupakan tanggung jawab
….
a. ayah dan ibu
b. pembantu rumah tangga
c. kakek dan nenek
d. semua anggota keluarga
18. Kerja sama perlu kita tingkatkan karena dapat memperkukuh
… dan ….
a. keimanan dan ketakwaan
b. kerapian dan keindahan
c. persatuan dan kesatuan
d. keamanan dan kenyamanan

19. Tugas yang dilaksanakan melalui kerja sama akan lebih
mudah dan ringan untuk ….
a. ditunda
b. diselesaikan
c. dibiarkan
d. disediakan

20. Di sekolah kita harus senantiasa menjaga hubungan yang
baik dengan ….
a. teman-teman
b. guru dan kepala sekolah
c. penjaga dan guru
d. semua warga sekolah

21. Melalui kerja sama akan diperoleh hasil yang baik jika semua
pihak ….
a. tak mau peduli
b. saling menuduh
c. bekerja keras
d. tak mau ikhlas

22. Contoh kerja sama yang harus dihindari adalah ….
a. membersihkan dan merapikan kelas
b. menyelesaikan tugas kelompok
c. mengadakan pertandingan olahraga
d. memetik mangga milik tetangga

23. Kesediaan untuk kerja bakti mulai berkurang di daerah ….
a. pedesaan
b. perkotaan
c. perkampungan
d. pesisir

24. Kegiatan para remaja di kelurahan atau desa biasanya dilakukan
melalui organisasi ….
a. PKK
b. LSM
c. posyandu
d. karang taruna

25. Dalam kerja sama, semua pihak harus mendahulukan kepentingan
….
a. pribadi
b. golongan
c. umum
d. perorangan

26. Kerja sama merupakan pengamalan Pancasila, terutama
sila ….
a. Ketuhanan Yang Maha Esa
b. Kemanusiaan yang adil dan beradab
c. Persatuan Indonesia
d. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

27. Kerja sama yang tidak boleh dilakukan di kelas adalah ….
a. mengerjakan soal ulangan
b. bermain sepak bola
c. membersihkan halaman kelas
d. mengerjakan tugas kelompok

28. Permainan yang memerlukan kerja sama adalah ….
a. catur
b. renang
c. pencak silat
d. sepak bola

28. Jika kita tidak bersedia bekerja sama dengan orang lain,
maka akan ….
a. disayangi orang lain
b. disenangi orang lain
c. disanjung orang lain
d. dijauhi orang lain

29. Kakak tidak dapat melaksanakan tugas rumah karena ada
keperluan. Sikap kita adalah ….
a. menunggunya melakukan tugasnya
b. membiarkan orang tua mengerjakannya
c. menggantikannya sementara waktu
d. membiarkan sampai tugas kakak selesai

30. Gambar di bawah termasuk lingkungan …
a. buatan
b. alam
c. keluarga
d. masyarakat

31. Gambar di samping menunjukkan rumah
Rudi yang … sehingga keluarga
kerasan tinggal di rumah.
a. kotor
b. baru
c. bersih
d. mahal

32. Tanaman yang cocok dibudidayakan di daerah pegunungan
adalah ….
a. mangga dan nangka
b. teh dan kubis
c. kelapa dan sawo
d. kangkung dan bayam

33. Salah satu ketampakan alam yang terdapat di alam bebas
adalah ….
a. rumah
b. sungai
c. kolam
d. jalan

34. Ruang khusus di sekolah yang biasa digunakan untuk penelitian
disebut ….
a. masjid
b. kasir
c. laboratorium
d. perpustakaan

35. Hutan yang gundul akan mengakibatkan terjadinya ….
a. banjir
b. angin topan
c. gempa
d. gunung meletus

36. Bentang alam berupa deretan gunung yang bersambungan
disebut ….
a. perbukitan
b. pegunungan
c. perkebunan
d. persawahan

37. Sistem pengairan sawah disebut juga ….
a. transmigrasi
b. reboisasi
c. intensifikasi
d. irigasi

38. Salah satu ciri rumah sehat adalah ….
a. besar dan megah
b. berpagar besi
c. berpagar tembok
d. berventilasi cukup

39. Danau dapat dimanfaatkan untuk pembangkit tenaga listrik.
Danau termasuk ketampakan ….
a. buatan
b. alam
c. kebetulan
d. khayalan

40. Denah sekolah dapat kita lihat di ….
a. papan pengumuman
b. ruang kepala sekolah
c. lemari guru
d. lemari kepala sekolah