Teori penggunaan dan pemenuhan kepuasan

Teori penggunaan dan pemenuhan kepuasan

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Teori Penggunaan dan Pemenuhan Kebutuhan (bahasa Inggris: Uses and Gratification Theory) adalah salah satu teori komunikasi dimana titik-berat penelitian dilakukan pada pemirsa sebagai penentu pemilihan pesan dan media.
Pemirsa dilihat sebagai individu aktif dan memiliki tujuan, mereka bertanggung jawab dalam pemilihan media yang akan mereka gunakan untuk memenuhi kebutuhan mereka dan individu ini tahu kebutuhan mereka dan bagaimana memenuhinya. Media dianggap hanya menjadi salah satu cara pemenuhan kebutuhan dan individu bisa jadi menggunakan media untuk memenuhi kebutuhan mereka, atau tidak menggunakan media dan memilih cara lain.

Daftar isi

[sembunyikan]

Latar belakang

Teori Penggunaan dan Pemenuhan Kebutuhan menggunakan pendekatan dengan fokus “mengapa sekelompok orang memilih untuk menggunakan media tertentu dibandingkan kandungan isi yang ditawarkan”.
Pendekatan ini secara kontras membandingkan efek dari media dan bukan ‘apa yang media lakukan pada pemirsanya’ (yang menitik beratkan kepada kehomogenan pemirsa dalam komunikasi masa dan melihat media sebagai jarum hipodermik).
Teori Penggunaan dan Pemenuhan Kepuasan dapat dilihat sebagai kecenderungan yang lebih luas oleh peneliti media yang membuka ruang untuk umpan balik dan penerjemahan prilaku yang lebih beragam [1]. Namun beberapa komentar berargumentasi bahwa pemenuhan kepuasan seharusnya dapat dilihat sebagai efek, contohnya film horror secara umum menghasilkan respon yang sama pada pemirsanya, lagipula banyak orang sebenarnya telah menghabiskan waktu di depan TV lebih banyak daripada yang mereka rencanakan. Menonton TV sendiri telah membentuk opini apa yang dibutuhkan pemirsa dan membentuk harapan-harapan.
Teori Penggunaan dan Pemenuhan Kepuasan pada awalnya muncul ditahun 1940 dan mengalami kemunculan kembali dan penguatan di tahun 1970an dan 1980an. Para teoritis pendukung Teori Penggunaan dan Pemenuhan Kepuasan berargumentasi bahwa kebutuhan manusialah yang mempengaruhi bagaimana mereka menggunakan dan merespon saluran media. Zillman sebagaimana dikutip McQuail telah menunjukkan pengaruh mood seseorang saat memilih media yang akan ia gunakan, pada saat seseorang merasa bosan maka ia akan memilih isi yang lebih menarik dan menegangkan dan pada saat seseorang merasa tertekan ia akan memilih isi yang lebih menenangkan dan ringan. Program TV yang sama bisa jadi berbeda saat harus kepuasan pada kebutuhan yang berbeda untuk individu yang berbeda. Kebutuhan yang berbeda diasosiasikan dengan kepribadian seseorang, tahap-tahap kedewasaannya, latar belakang, dan peranan sosialnya. Sebagai contoh menurut Judith van Evra anak-anak secara khusu lebih menyukai untuk menonton TV untuk mencari informasi dan disaat yang sama lebih mudah dipengaruhi [2].

Empat area interaksi kepuasan antara media dan individu

McQuail,Blumler, dan Browmn menggunakan model teori penggunaan dan pemenuhan kepuasan pada tahun 1972[3] untuk menekankan empat area kepuasan pada media cetak yang didapatkan oleh penggunanya, yaitu:
  1. Fungsi pengawasan (surveillance), penyediaan informasi tentang lingkungan.
Model komunikasi media terintegrasi sebagai pemenuhan kebutuhan

Kritik akan teori ini

Pada derajat tertentu laporan penggunaan media oleh para pemirsanya memiliki keterbatasan-keterbatasan. Banyak orang tidak benar-benar tahu alasan mengapa mereka memilih media atau saluran tertentu, contohnya anak-anak hanya tahu bahwa mereka menghindari menonton saluran yang menayangkan bincang-bincang orang dewasa, atau film berbahasa asing karena mereka tidak mengerti, tetapi anak-anak tersebut tidak benar-benar sadar mereka berakhir di saluran mana.
Walaupun teori ini menekankan pemilihan media oleh para pemirsanya, namun ada penelitian-penelitian lain yang mengungkapkan bahwa penggunaan media sebenarnya terkait dengan kebiasaan, ritual, dan tidak benar-benar diseleksi [4]. Teori ini mengesampingkan kemungkinan bahwa media bisa jadi memiliki pengaruh yang tidak disadari pada kehidupan pemirsanya dan mendikte bagaimana seharusnya dunia dilihat dari kacamata para perancang kandungan isi dalam media.
Sebagai contoh saat anak-anak pulang sekolah, sudah menjadi kebiasaannya untuk mengambil makan siang dan duduk dikursi sembari menyetel TV. Tidak ada alasan yang benar-benar nyata mengapa ia menyetel TV dan bukannya membaca majalah atau koran, hanya kebiasaan, atau justru sebaliknya, bagi orang dewasa mungkin ia langsung membaca koran dan bukannya menyetel TV saat meminum kopinya dipagi hari. Pada banyak hal kejadian ini merupakan kejadian alamiah sehari-hari dan tidak dilakukan secara sadar. Walaupun begitu menonton TV dapat juga menjadi pengalaman seni dan menggugah motivasi seseorang untuk melakukan sesuatu.
Namun sebuah teori yang menyatakan bahwa pemirsa media sebenarnya hanya menggunakan media untuk menyalurkan pemenuhan akan kepuasannya sejujurnya tidak secara penuh dapat menilai kekuatan media dalam lingkup sosial di masa kini. Teori Penggunaan dan Pemenuhan Kepuasan dapat dikatakan tidak sempurna saat digunakan untuk menilai media yang telah digunakan secara ritual (kebiasaan). Namun teori ini tetap tepat untuk digunakan untuk menilai hal-hal spesifik tertentu yang menyangkut pemilihan pribadi saat menggunakan media.

Relevansi Teori Penggunaan dan Pemenuhan Kepuasan

Teori Penggunaan dan Pemenuhan Kepuasan memiliki relevansi tinggi saat digunakan untuk menentukan hal-hal sebagai berikut [5]
  1. Pemilihan musik sesuai selera. Saat memilih musik kita tidak hanya mengandalkan mood tertentu, namun juga berusaha untuk menunjukkan jati diri dan kesadaran sosial lainnya. Banyak jenis musik yang dapat dipilih dan pilihan kita menunjukkan kebutuhan tertentu yang spesifik.
  2. Penerimaan akan media-media baru (seperti internet) dan penggunaan media-media lama , bahkan dengan adanya media baru pengganti. Inovasi diadopsi saat media baru pengganti memiliki dan dapat menggantikan fungsi-fungsi media lama tradisional. Contohnya alat komunikasi pager yang tergantikan dengan telepon selular. Atau media TV yang tetap tidak tergantikan oleh telepon selular walaupun telepon selular kini dapat berfungsi seperti TV. Di lain pihak pengguna lama mulai menggunakan internet dan terpaksa mempelajarinya saat ada informasi-informasi yang disalurkan hanya dapat dilihat melalui internet. Contohnya seperti detik.com saat kerusuhan 1998. Koran jelas kurang cepat dan TV terlalu seragam penayangannya, sementara detik.com menawarkan berita yang lebih spesifik, dituangkan tertulis dan dapat diulang.

KUALITAS DAN KUANTITAS AIR BERSIH UNTUK PEMENUHAN KEBUTUHAN MANUSIA

18 01 2010
 
i
 
5 Votes
Quantcast
RICA DENIS (E2A009016) ABSTRAK  Kualitas air secara umum menunjukkan mutu atau kondisi air yang dikaitkan dengan suatu kegiatan atau keperluan tertentu. Sedangkan kuantitas menyangkut jumlah air yang dibutuhkan manusia dalam kegiatan tertentu. Air adalah materi esensial didalam kehidupan, tidak ada satupun makhluk hidup di dunia ini yang tidak membutuhkan air. Sebagian besar tubuh manusia itu sendiri terdiri dari air. Tubuh manusia rata-rata mengandung air sebanyak 90 % dari berat badannya. Tubuh orang dewasa, sekitar 55-60%, berat badan terdiri dari air, untuk anak-anak sekitar 65% dan untuk bayi sekitar 80% . Air bersih dibutuhkan dalam pemenuhan kebutuhan manusia untuk melakukan segala kegiatan mereka. Sehingga perlu diketahui bagaimana air dikatakan bersih dari segi kualitas dan bisa digunakan dalam jumlah yang memadai dalam kegiatan sehari-hari manusia. Ditinjau dari segi kualitas, ada bebarapa persyaratan yang harus dipenuhi, di antaranya kualitas fisik yang terdiri atas bau, warna dan rasa, kulitas kimia yang terdiri atas pH, kesadahan, dan sebagainya serta kualitas biologi diman air terbebas dari mikroorganisme penyebab penyakit. Agar kelangsungan hidup manusia dapat berjalan lancar, air bersih juga harus tersedia dalam jumlah yang memadai sesuai dengan aktifitas manusia pada tempat tertentu dan kurun waktu tertentu.  Kata Kunci : Kualitas, Air, Manusia Air sebagai materi esensial dalam kehidupan tampak dari kebutuhan terhadap air untuk keperluan sehari-hari di lingkungan rumah tangga ternyata berbeda-beda di setiap tempat, setiap tingkatan kehidupan atau setiap bangsa dan negara. Semakin tinggi taraf kehidupan seseorang semakin meningkat pula kebutuhan manusia akan air. Jumlahpenduduk dunia setiap hari bertambah, sehingga mengakibatkan jumlah kebutuhan air (Suriawiria,1996: 3). Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405/menkes/sk/xi/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan industri terdapat pengertian mengenai Air Bersih yaitu air yang dipergunakan untuk keperluan sehari-hari dan kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan air bersih sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dapatdiminum apabila dimasak. Bagi manusia kebutuhan akan air sangat mutlak karena sebenarnya zat pembentuk tubuh manusia sebagian besar terdiri dari air yang jumlahnya sekitar 73% dari bagian tubuh. Air di dalam tubuh manusia berfungsi sebagai pengangkut dan pelarut bahan-bahan makanan yang penting bagi tubuh. Sehingga untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya manusia berupaya mendapatkan air yang cukup bagi dirinya (Suharyono, 1996). Dalam menjalankan fungsi kehidupan sehari-hari manusia amat tergantung pada air, karena air dipergunakan pula untuk mencuci, membersihkan peralatan, mandi, dan lain sebagainya. Manfaat lain dari air berupa pembangkit tenaga, irigasi, alat transportasi, dan lain sebagainya yang sejenis dengan ini. Semakin maju tingkat kebudayaan masyarakat maka penggunaan air makin meningkat.   Kebutuhan air yang paling utama bagi manusia adalah air minum. Menurut ilmu kesehatan setiap orang memerlukan air minum hidup 2-3 minggu tanpa makan tetapi hanya dapat bertahan 2-3 hari tanpa air minum (Suripin, 2002). Air merupakan faktor penting dalam pemenuhan kebutuhan vital bagi mahluk hidup diantaranya sebagai air minum atau keperluan rumah tangga lainnya. Air yang digunakan harus bebas dari kuman penyakit dan tidak mengandung bahan beracun. Sumber air minum yang memenuhi syarat sebagai air baku air minum jumlahnya makin lama makin berkurang sebagai akibat ulah manusia sendiri baik sengaja maupun tidak disengaja. Upaya pemenuhan kebutuhan air oleh manusia dapat mengambil air dari dalam tanah, air permukaan, atau langsung dari air hujan. Dari ke tiga sumber air tersebut, air tanah yang paling banyak digunakan karena air tanah memiliki beberapa kelebihan di banding sumber-sumber lainnya antara lain karena kualitas airnya yang lebih baik serta pengaruh akibat pencemaran yang relatif kecil. Akan tetapi  air yang dipergunakan tidak selalu sesuai dengan syarat kesehatan, karena sering ditemui air tersebut mengandung bibit ataupun zat-zat tertentu yang dapat menimbulkan penyakit yang justru membahayakan kelangsungan hidup manusia. Berdasarkan masalah di atas, maka perlu diketahui kualitas air yang bisa digunakan untuk kebutuhan manusia tanpa menyebabkan akibat buruk dari penggunaan air tersebut. Kebutuhan air bagi manusia harus terpenuhi baik secara kualitas maupun kuantitasnya agar manusia mampu hidup dan menjalankan segala kegiatan dalam kehidupannya.  Ditinjau Dari Segi Kualitas (Mutu) Air Secara langsung atau tidak langsung pencemaran akan berpengaruh terhadap kualitas air. Sesuai dengan dasar pertimbangan penetapan kualitas air minum, usaha pengelolaan terhadap air yang digunakan oleh manusia sebagai air minum berpedoman pada standar kualitas air terutama dalam penilaian terhadap produk air minum yang dihasilkannya, maupun dalam merencanakan sistem dan proses yang akan dilakukan terhadap sumber daya air (Razif, 2001:4).

Persyaratan Kualitas Air

Parameter Kualitas Air yang digunakan untuk kebutuhan manusia haruslah air yang tidak tercemar atau memenuhi persyaratan fisika, kimia, dan biologis.
  1. Persyaratan Fisika Air
Air yang berkualitas harus memenuhi persyaratan  fisika sebagai berikut:
  1. Jernih atau tidak keruh
Air yang keruh disebabkan oleh adanya butiran-butiran koloid dari tanah liat. Semakin banyak kandungan koloid maka air semakin keruh.
  1. Tidak berwarna
Air untuk keperluan rumah tangga harus jernih. Air yang berwarna berarti mengandung bahan-bahan lain yang berbahaya bagi kesehatan.
  1. Rasanya tawar
Secara fisika, air bisa dirasakan oleh lidah. Air yang terasa asam, manis, pahit atau asin menunjukan air tersebut tidak baik. Rasa asin disebabkan adanya garam-garam tertentu  yang larut dalam air, sedangkan rasa asam diakibatkan adanya asam organik maupun asam anorganik.
  1. Tidak berbau
Air yang baik memiliki ciri tidak berbau bila dicium dari jauh maupun dari dekat. Air yang berbau busuk mengandung bahan organik yang sedang mengalami dekomposisi (penguraian) oleh mikroorganisme air.
  1. Temperaturnya normal
Suhu air sebaiknya sejuk atau tidak panas terutama agar tidak terjadi pelarutan zat kimia yang ada pada saluran/pipa, yang dapat membahayakan kesehatan dan menghambat pertumbuhan mikro organisme.
  1. Tidak mengandung zat padatan
Air minum mengandung zat padatan yang terapung di dalam air.
  1. Persyaratan Kimia
Kandungan zat atau mineral yang bermanfaat dan tidak mengandung zat beracun. 1) pH (derajat keasaman) Penting dalam proses penjernihan air karena keasaman air pada umumnya disebabkan gas Oksida yang larut dalam air terutama karbondioksida. Pengaruh yang menyangkut aspek kesehatan dari pada penyimpangan standar kualitas air minum dalam hal pH yang lebih kecil 6,5 dan lebih besar dari 9,2 akan tetapi dapat menyebabkan beberapa senyawa kimia berubah menjadi racun yang sangat mengganggu kesehatan. 2) Kesadahan Kesadahan ada dua macam yaitu kesadahan sementara dan kesadahanvnonkarbonat (permanen). Kesadahan sementara akibat keberadaan Kalsium dan Magnesium bikarbonat yang dihilangkan dengan memanaskan air hingga mendidih atau menambahkan kapur dalam air. Kesadahan nonkarbonat (permanen) disebabkan oleh sulfat dan karbonat, Chlorida dan Nitrat dari Magnesium dan Kalsium disamping Besi dan Alumunium. Konsentrasi kalsium dalam air minum yang lebih rendah dari 75 mg/l dapat menyebabkan penyakit tulang rapuh, sedangkan konsentrasi yang lebih tinggi dari 200 mg/l dapat menyebabkan korosifitas pada pipa-pipa air. Dalam jumlah yang lebih kecil magnesium dibutuhkan oleh tubuh untuk pertumbuhan tulang, akan tetapi dalam jumlah yang lebih besar 150 mg/l dapat menyebabkan rasa mual. 3) Besi Air yang mengandung banyak besi akan berwarna kuning dan menyebabkan rasa logam besi dalam air, serta menimbulkan korosi pada bahan yang terbuat dari metal. Besi merupakan salah satu unsur yang merupakan hasil pelapukan batuan induk yang banyak ditemukan diperairan umum. Batas maksimal yang terkandung didalam air adalah 1,0 mg/l 4) Aluminium Batas maksimal yang terkandung didalam air menurut Peraturan Menteri Kesehatan No 82 / 2001 yaitu 0,2 mg/l. Air yang mengandung banyak aluminium menyebabkan rasa yang tidak enak apabila dikonsumsi. 5) Zat organik Larutan zat organik yang bersifat kompleks ini dapat berupa unsur hara makanan maupun sumber energi lainnya bagi flora dan fauna yang hidup di perairan 6) Sulfat Kandungan sulfat yang berlebihan dalam air dapat mengakibatkan kerak air yang keras pada alat merebus air (panci / ketel)selain mengakibatkan bau dan korosi pada pipa. Sering dihubungkan dengan penanganan dan pengolahan air bekas. 7) Nitrat dan nitrit Pencemaran air dari nitrat dan nitrit bersumber dari tanah dan tanaman. Nitrat dapat terjadi baik dari NO2 atmosfer maupun dari pupuk-pupuk yang digunakan dan dari oksidasi NO2 oleh bakteri dari kelompok Nitrobacter. Jumlah Nitrat yang lebih besar dalam usus cenderung untuk berubah menjadi Nitrit yang dapat bereaksi langsung dengan hemoglobine dalam daerah membentuk methaemoglobine yang dapat menghalang perjalanan oksigen didalam tubuh. 8) Chlorida Dalam konsentrasi yang layak, tidak berbahaya bagi manusia. Chlorida dalam jumlah kecil dibutuhkan untuk desinfektan namun apabila berlebihan dan berinteraksi dengan ion Na+ dapat menyebabkan rasa asin dan korosi pada pipa air. 9) Zink atau Zn Batas maksimal Zink yang terkandung dalam air adalah 15 mg/l. penyimpangan terhadap standar kualitas ini menimbulkan rasa pahit, sepet, dan rasa mual. Dalam jumlah kecil, Zink merupakan unsur yang penting untuk metabolisme, karena kekurangan Zink dapat menyebabkan hambatan pada pertumbuhan anak.
  1. 3.      Persyratan mikrobiologis
Persyaratan mikrobiologis yangn harus dipenuhi oleh air adalah sebagai berikut:
  1. Tidak mengandung bakteri patogen, missalnya: bakteri golongan coli; Salmonella typhi, Vibrio cholera dan lain-lain. Kuman-kuman ini mudah tersebar melalui air.
  2. Tidak mengandung bakteri non patogen seperti: Actinomycetes, Phytoplankton colifprm, Cladocera dan lain-lain. (Sujudi,1995)
    1. COD (Chemical Oxygen Demand)
COD yaitu suatu uji yang menentukan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bahan oksidan misalnya kalium dikromat untuk mengoksidasi bahan-bahan organik yang terdapat dalam air (Nurdijanto, 2000 : 15). Kandungan COD dalam air bersih berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No 82 / 2001 mengenai baku mutu air minum golongan B maksimum yang dianjurkan adalah 12 mg/l. apabila nilai COD melebihi batas dianjurkan, maka kualitas air tersebut buruk.
  1. BOD (Biochemical Oxygen Demand)
Adalah jumlah zat terlarut yang dibutuhkan oleh organisme hidup untuk memecah bahan – bahan buangan didalam air (Nurdijanto, 2000 : 15). Nilai BOD tidak menunjukkan jumlah bahan organik yang sebenarnya tetepi hanya mengukur secara relatif jumlah oksigen yang dibutuhkan. Penggunaan oksigen yang rendah menunjukkan kemungkinan air jernih, mikroorganisme tidak tertarik menggunakan bahan organik makin rendah BOD maka kualitas air minum tersebut semakin baik. Kandungan BOD dalam air bersih menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No 82 / 2001 mengenai baku mutu air dan air minum golongan B maksimum yang dianjurkan adalah 6 mg/l Adanya penyebab penyakit didalam air dapat menyebabkan efek langsung dalam kesehatan. Penyakit-penyakit ini hanya dapat menyebar apabila mikro penyebabnya dapat masuk ke dalam air yang dipakai masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Standar Kualitas Air di Perairan Umum ( Peraturan Pemerintah No.20 Tahun 1990 )
NoParameterSatuanKadar Maksimum
Golongan AGolongan BGolongan CGolongan D
FISIKA    
1Bau-----
2Jumlah zat padat terlarutMg/L1000100010001000
3KekeruhanSkala NTU5   
4Rasa-    
5WarnaSkala TCU15   
6SuhuoCSuhu udara   
7Daya Hantar ListrikUmhos/cm   2250
       
KIMIA anorganik    
1Air raksaMg/lt0.0010.0010.0020.005
2AluminiumMg/lt0.2-  
3ArsenMg/lt0.0050.0511
4BariumMg/lt11  
5BesiMg/lt0.35  
6FloridaMg/lt0.51.51.5 
7KadmiumMg/lt0.0050.010.010.01
8Kesadahan CaCO3Mg/lt500   
9KloridaMg/lt2506000.003 
10Kromium valensi 6Mg/lt0.0050.050.051
11ManganMg/lt0.10.5 2
12NatriunMg/lt200  60
13Nitrat sebagai NMg/lt1010  
14Nitrit sebagai NMg/lt1.010.06 
15PerakMg/lt0.05   
16.pH 6.5 – 8.55 – 96 – 95 – 9
17SeleniumMg/lt0.010.010.050.05
18SengMg/lt550.022
19SianidaMg/lt0.10.10.02 
20SulfatMg/lt400400  
21Sulfida sebagao H2SMg/lt0.050.10.002 
22TembagaMg/lt1.010.020.1
23TimbalMg/lt0.050.010.031
24Oksigen terlarut (DO)Mg/lt->=6>3 
25NikelMg/lt-  0.5
26SAR (Sodium Absortion Ratio)Mg/lt-  1.5 – 2.5
       
Kimia Organik    
1Aldrin dan dieldrinMg/lt0.00070.017  
2BenzonaMg/lt0.01   
3Benzo (a) PyreneMg/lt0.00001   
4Chlordane (total isomer)Mg/lt0.0003   
5ChlordaneMg/lt0.030.003  
62,4 DMg/lt0.10   
7DDTMg/lt0.030.0420.002 
8DetergentMg/lt0.5   
91,2 DichloroethaneMg/lt0.01   
101,1 DichloroethaneMg/lt0.0003   
11Heptachlor heptachlor epoxideMg/lt0.0030.018  
12HexachlorobenzeneMg/lt0.00001   
13LindaneMg/lt0.0040.056  
14MetoxychlorMg/lt0.030.035  
15PentachlorophenolMg/lt0.01   
16Pestisida totalMg/lt0.1   
172,4,6 TrichlorophenolMg/lt0.01   
18Zat Organik (KMnO4)Mg/lt10   
19EndrinMg/lt-0.0010.004 
20FenolMg/lt-0.0020.001 
21Karbon kloroform ekstrakMg/lt-0.05  
22Minyak dan lemakMg/lt-Nihil1 
23Organofosfat dan carbanatMg/lt-0.10.1 
24PCDMg/lt-Nihil  
25Senyawa aktif biru metilenMg/lt-0.50.2 
26ToxapheneMg/lt-0.005  
27BHCMg/lt- 0.21 
       
Mikrobiologik    
1Koliform tinjaJml/100ml02000  
2Total koliformJml/100ml310000  
       
Radioaktivitas    
1Gross Alpha activityBq/L0.10.10.10.1
2Gross Beta activityBq/L1.01.01.01.0
        
Golongan A : air untuk air minum tanpa pengolahan terlebih dahulu Golongan B : air yang dipakai sebagai bahan baku air minum melalui suatu pengolahan Golongan C : air untuk perikanan dan peternakan Golongan D : air untuk pertanian dan usaha perkotaan, industri dan PLTA. Kualitas air yang digunakan masyarakat harus memenuhi syarat kesehatan agar dapat terhindar dari berbagai penyakit maupun gangguang kesehatan yang dapat disebabkan oleh air. Untuk mengetahui kualitas air tersebut, perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium yang mencakup antara lain pemeriksaan bakteriologi air, meliputi Most Probable Number  (MPN) dan angka kuman.  Pemeriksaan MPN dilakukan untuk pemeriksaan kualitas air minum, air bersih, air badan, air pemandian umum, air kolam renang dan pemeriksaan angka kuman pada air PDAM. Khusus untuk air minum, disyaratkan bahwa tidak mengandung bakteri patogen, misalnya bakteri golongan E. coli, Salmonella typhi, Vibrio cholera. Kuman-kuman ini mudah tersebar melalui air (Transmitted by water) dan tidak mengandung bakteri non-patogen, seperti Actinomycetes dan Cladocera (Soewarno. 2002). Persyaratan  Kualitas air minum secara Bakteriologis
ParameterSatuanKadar maksimum yang diperbolehkanKeterangan
1234
  1. Air Minum
   
E. coli atau Fecal coliJumlah per 100 ml sampel0 
  1. Air yang masuk sistem distribusi
   
E. coli atau Fecal colJumlah per 100 ml sampel0 
Total Bakteri Coliform Jumlah per 100 ml sampel0 
  1. Air pada sistem distribusi
   
E. coli atau Fecal colJumlah per 100 ml sampel0 
Total Bakteri Coliform Jumlah per 100 ml sampel0 
Bagi manusia air minum adalah salah satu kebutuhan utama. Mengingat bahwa berbagai penyakit dapat dibawah oleh air kepada manusia memanfaatkannya, maka tujuan utama penyediaan air bersih/air minum bagi masyarakat adalah untuk mencegah penyakit yang dibawah oleh air. Penyediaan air bersih selain kuantitas kualitasnya pun harus memenuhi standar yang berlaku. Air minum yang memenuhi baik kuantitas maupun kualitas sangat membantu menurunkan angka kesakitan penyakit perut terutama penyakit diare. Sehingga pengawasan terhadap kualitas air minum agar tetap memenuhi syarat-syarat kesehatan berdasarkan Kepmenkes RI No 907/Menkes/SK/VII/2002 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air minum (Depkes, 2002) Ditinjau dari jumlah atau kuantitas air yang dibuthkan manusia, kebutuhan dasar air bersih adalah jumlah air bersih minimal yang perlu disediakan agar manusia dapat hidup secara layak yaitu dapat memperoleh air yang diperlukan untuk melakukan aktivitas dasar sehari-hari (Sunjaya dalam Karsidi, 1999 : 18). Ditinjau dari segi kuantitasnya, kebutuhan air rumah tangga menurut Sunjaya adalah:
  1. Kebutuhan air untuk minum dan mengolah makanan 5 liter / orang perhari.
b.  Kebutuhan air untuk higien yaitu untuk mandi dan membersihkan dirinya 25 – 30 liter / orang perhari. c.   Kebutuhan air untuk mencuci pakaian dan peralatan 25 – 30 liter / orang perhari. d.  Kebutuhan air untuk menunjang pengoperasian dan pemeliharaan fasilitas sanitasi atau pembuangan kotoran 4 – 6 liter / orang perhari, sehingga total pemakaian perorang adalah 60 – 70 liter / hari di kota. Banyaknya pemakaian air tiap harinya untuk setiap rumah tangga berlainan, selain pemakaian air tiap harinya tidak tetap banyak keperluan air bagi tiap orang atau setiap rumah tangga itu masih tergantung dari beberapa faktor diantaranya adalah pemakaian air di daerah panas akan lebih banyak dari pada di daerah dingin, kebiasaan hidup dalam rumah tangga misalnya ingin rumah dalam keadaan bersih selalu dengan mengepel lantai dan menyiram halaman, keadaan sosial rumah tangga semakin mampu atau semakin tinggi tingkat sosial kehidupannya semakin banyak menggunakan air serta pemakaian air dimusim panas akan lebih banyak dari pada dimusim hujan. Sumber air merupakan salah satu komponen utama yang ada pada suatu sistem penyediaan air bersih, karena tanpa sumber air maka suatu system penyediaan air bersih tidak akan berfungsi (Sutrisno, 2000 : 13). Macam-macam sumber air yang dapat di manfaatkan sebagai sumber air minum sebagai berikut : 1. Air laut Mempunyai sifat asin, karena mengandung garam NaCl.Kadar garam NaCl dalam air laut 3 % dengan keadaan ini maka air laut tidak memenuhi syarat untuk diminum. 2. Air Atmosfer Untuk menjadikan air hujan sebagai air minum hendaknya pada waktu menampung air hujan mulai turun, karena masih mengandung banyak kotoran. Selain itu air hujan mempunyai sifat agresif terutama terhadap pipa-pipa penyalur maupun bak-bak reservoir, sehingga hal ini akan mempercepat terjadinya korosi atau karatan. Juga air ini mempunyai sifat lunak, sehingga akan boros terhadap pemakaian sabun. 3. Air Permukaan Adalah air hujan yang mengalir di permukaan bumi. Pada umumnya air permukaan ini akan mendapat pengotoran selama pengalirannya, misalnya oleh lumpur, batang-batang kayu, daun-daun, kotoran industri dan lainnya. Air permukaan ada dua macam yaitu air sungai dan air rawa. Air sungai digunakan sebagai air minum, seharusnya melalui pengolahan yang sempurna, mengingat bahwa air sungai ini pada umumnya mempunyai derajat pengotoran yang tinggi. Debit yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan akan air minum pada umumnya dapat mencukupi. Air rawa kebanyakan berwarna disebabkan oleh adanya zat-zat organik yang telah membusuk, yang menyebabkan warna kuning coklat, sehingga untuk pengambilan air sebaiknya dilakukan pada kedalaman tertentu di tengah-tengah. 4. Air tanah Air tanah adalah air yang berada di bawah permukaan tanah didalam zone jenuh dimana tekanan hidrostatiknya sama atau lebih besar dari tekanan atmosfer (Suyono,1993 :1). 5. Mata air Yaitu air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan tanah dalam hampir tidak terpengaruh oleh musim dan kualitas atau kuantitasnya sama dengan air dalam. Sistem penyediaan air bersih meliputi besarnya komponen pokok antara lain: unit sumber baku, unit pengolahan, unit produksi, unit transmisi, unit distribusi dan unit konsumsi, yaitu (1)Unit sumber air baku merupakan awal dari sistem penyediaan air bersih yang mana pada unit ini sebagai penyediaan air baku yang bisa diambil dari air tanah, air permukaan, air hujan yang jumlahnya sesuai dengan yang diperlukan. (2) Unit pengolahan air memegang peranan penting dalam upaya memenuhi kualitas air bersih atau minum, dengan pengolahan fisika, kimia, dan bakteriologi, kualitas air baku yang semula belum memenuhi syarat kesehatan akan berubah menjadi air bersih atau minum yang aman bagi manusia. (3). Unit produksi adalah salah satu dari sistem penyediaan air bersih yang menentukan jumlah produksi air bersih atau minum yang layak didistribusikan ke beberapa tandon atau reservoir dengan sistem pengaliran gravitasi atau pompanisasi. (4). Unit produksi merupakan unit bangunan yang mengolah jenis-jenis sumber air menjadi air bersih. Adapun beberapa sumber air yang dapat diolah untuk mendapatkan air bersih, yaitu sumur Dangkal/Dalam Pengolahan tidak lengkap hanya pengolahan Fe, Mn, dan pembubuhan desinfektan, sungai Pengolahan lengkap bila kekeruhannya tinggi > 50. danau NTU (Nephelometric Turbidity Unit) Pengolahan tidak lengkap, bila kekeruhan < 50 NTU, unit transmisi berfungsi sebagai pengantar air yang diproduksi menuju ke beberapa tandon atau reservoir melalui jaringan pipa. (Linsay, 1995)

SIMPULAN

 

Masalah air bersih merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan manusiaa. Dimana setiap hari kita membutuhkan air bersih untuk minum, memasak, mandi, mencuci dan sebagainya. Penggunaan air yang bersih untuk kegiatan sehari-hari tentunya membuat manusia terhindar dari penyakit. Sebagia besar  tubuh manusia terdiri atas air, yang berfungsi sebagai pelarut dan peyusun segala system tubuh manusia. Agar air yang digunakan untuk kegiatan manusia tidak berdampak negative bagi manusia, maka perlu diketahui persyaratan air bersih. Kualitas air bersih dapat ditinjau dari segi fisik, kimia dan biologis. Kualitas fisik ditinjau bau, rasa, dan warna. Kualitas kimia dapat diteliti melalui pengamatan tentang kesadahan, pH, kandungan ion dan sebagainya. Sedangkan ada aatu tidaknya mikroorganisme penyebab penyakit pada air merupakan syarat biologi air bersih. Selain dari segi kualitas, jumlah air juga harus memadai dalam rangka pemenuhan kebutuhan manusia. Air digunakan manusia untuk mandi, minum, mencuci, pertanan, perikanan dan lain sebagainya. Masing-masing kegiatan tersebut memerlukan jumlah air yang beragam. Sumber air yang ada di permukaan bumi dapat diolah menjadi air minum dengan berbagai teknik yang telah berkembang, sehingga kebutukhan air minum yang memenuhi persyaratan Menteri Kesehatan Republik Indonesia dapat terpenuhi bagiu seluruh lapisan masyarakat.

 

UCAPAN TERIMA KASIH
  • Dalam penulisan telaah pustaka ini penulis mendapat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Secara khusus ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:
  1. Orang tua dan saudara-saudara yang telah memberikan dorongan moril dan materil.
  2. Bapak Prof. Ir. Urip Santoso, S.Ikom., M.Sc., Ph.D sebagai dosen mata kuliah Penyajian Ilmiah dan juga sebagai Ketua pusat penelitian lingkungan hidup Universitas Bengkulu yang telah memberikan bimbingan dan pengetahuan tentang materi perkuliahan.
  3. Rekan-rekan mahasiswa PSL yang telah ikut membantu dalam dorongan dalam pembuatan makalah ini.

 

DAFTAR PUSTAKA

Asmustawa,2007. Evaluasi Pengelolaan Kualitas Air Bersih Oleh Petuga Sanitasi Puskesmas Di Kabupaten Bungo. Program Magister Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan,Universitas Gadjah Mada Yogyakarta 2007 Chatip. 1997. Pengolahan Air Minum. Sekolah Tinggi Teknik Lingkungan. Yogyakarta. Depkes. 2002. Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum/Air Bersih. Jakarta. Jawet. 1992. Mikrobiologi Untuk Profesi Kesehatan Edisi 16. EGC. Jakarta.   Karsidi, 1999. Hubungan antara Tingkat Pendidikan dan Pendapatan dengan Penggunaan Air Sungai oleh Penduduk di Sekitar Sungai Kali Jajar Demak. Semarang : Skripsi. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405/menkes/sk/xi/2002 Lindsay, RK dan kawan-kawan, Teknik Sumber Daya Air jilid 2, Erlangga, Jakarta, 1995 Linsley, Ray, K. & Franzini, JB., 1989. Teknik Sumber Daya Air. Jakarta : Erlangga. Nurdijanto, 2000. Kimia Lingkungan. Pati. Yayasan peduli Lingkungan. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2005 Tentang Pengembangan sistem penyediaan Air minum Razif, M. 2001. Pengolahan Air Minum. Surabaya. Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Santika, . 1984. Metode Penelitian Air. Usaha Nasional. Surabaya Indonesia Sujudi. 1995. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi Revisi Bina Rupa Aksara. Jakarta. Surawira, U. 1996. Air Dalam Kehidupan Lingkungan Yang Sehat. Bandung. Suripin, 2002. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Yogyakarta : Andi Offset. Suharyono. 1996. Diari Akut Klinik dan Laboratorik. Rineka Cipta. Jakarta. Sutrisno, C Totok, 2000. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta :Rineka Cipta. Suyono, 1993. Pengelolaan Sumber Daya Air. Fakultas Geografi Universitas Tim Mikrobiologi. 2003. Bakteriologi Medik. Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Bayumedia. Malang.

Pengertian Evaluasi

Pengertian Evaluasi Menurut Pakar

evaluationKata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang berarti penilaian atau penaksiran (John M. Echols dan Hasan Shadily: 1983).
Evaluasi adalah proses penilaian. Penilaian ini bisa menjadi netral, positif atau negatif atau merupakan gabungan dari keduanya. Saat sesuatu dievaluasi biasanya orang yang mengevaluasi mengambil keputusan tentang nilai atau manfaatnya

Menurut Curtis, Dan B; Floyd, James J.; Winsor, Jerryl L
Evaluasi adalah proses penilaian.  Penilaian ini bisa menjadi netralpositif atau negatif atau merupakan gabungan dari keduanya. Saat sesuatu dievaluasi biasanya orang yang mengevaluasi mengambil keputusan tentang nilai atau manfaatnya.
Suharsimi Arikunto (2004 : 1) evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan. Fungsi utama evaluasi dalam hal ini adalah menyediakan informasi-informasi yang berguna bagi pihak decision maker untuk menentukan kebijakan yang akan diambil berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan
Worthen dan Sanders  (1979 : 1) evaluasi adalah mencari sesuatu yang berharga (worth). Sesuatu yang berharga tersebut dapat berupa informasi tentang suatu program, produksi serta alternatif prosedur tertentu. Karenanya evaluasi bukan merupakan hal baru dalam kehidupan manusia sebab hal tersebut senantiasa mengiringi kehidupan seseorang. Seorang manusia yang telah mengerjakan suatu hal, pasti akan menilai apakah yang dilakukannya tersebut telah sesuai dengan keinginannya semula.
stufflebeam dalam worthen dan sanders (1979 : 129) evaluasi adalah : process of delineating, obtaining and providing useful information for judging decision alternatives. Dalam evaluasi ada beberapa unsur yang terdapat dalam evaluasi yaitu : adanya sebuah proses (process) perolehan (obtaining), penggambaran (delineating), penyediaan (providing) informasi yang berguna (useful information) dan alternatif keputusan
Sedangkan, Rooijackers Ad mendefinisikan evaluasi sebagai ;setiap usaha atau proses dalam menentukan nilai”. Secara khusus evaluasi atau penilaian juga diartikan sebagai proses pemberian nilai berdasarkan data kuantitatif hasil pengukuran untuk keperluan pengambilan keputusan
Dan menurut Anne Anastasi (1978) mengartikan evaluasi sebagai ; a systematic process of determining the extent to which instructional objective are achieved by pupils”. Evaluasi bukan sekadar menilai suatu aktivitas secara spontan dan insidental, melainkan merupakan kegiatan untuk menilai sesuatu secara terencana, sistematik, dan terarah berdasarkan tujuan yang jelas

Evaluasi Pemenuhan Kebutuhan Air Rumah Rangga di Kelurahan Koja


 

PROPOSAL SKRIPSI
 
 

EVALUASI PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR UNTUK RUMAH TANGGA DI KELURAHAN KOJA KECAMATAN KOJA JAKARTA UTARA





Oleh:
ASEP ABDUL RAHMAN  4315066971




JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2011





BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah
1
 
Indonesia Secara iklim dan geografis, terletak di daerah tropis dengan curah hujan yang tidak merata secara keruangan dan waktu, mempunyai kendala dalam pemenuhan kebutuhan terhadap air karena ketersediaannya tidak selalu sesuai dengan waktu, ruang, jumlah dan mutu yang dibutuhkan. Kebutuhan akan air yang relatif sama dalam setahun akan sangat sukar untuk dapat terpenuhi secara terus menerus sepanjang tahun dikarenakan ketersediaan yang sangat berlimpah di musim hujan dan sangat kekurangan jumlahnya di musim kemarau sehingga mengharuskan pembuatan infrastruktur pengairan terutama penyimpan air dan pengendali banjir. Kebutuhan akan air semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk, namun ketersediaannya (availlability) semakin berkurang baik dari segi kuantitas, maupun kualitasnya. Kemungkinan terjadi krisis air di masa depan (ketidakseimbangan supply and demand) akibat : a). Pertumbuhan penduduk di wilayah tertentu yang tidak terkendali menyebabkan kelangkaan air lokal (penyebabnya : tidak meratanya pertumbuhan ekonomi dan pembangunan infrastruktur). b). Kerusakan lingkungan yang meningkat (penyebabya : aktivitas ekonomi kalangan industri dan masyarakat yang tidak memperhatikan daya dukung lingkungan). c). Kelemahan dalam manajemen air (perilaku budaya air/water culture yang masih rendah, lemahnya koordinasi pengelolaan antar sektor dan stakeholders, lemahnya penegakkan hukum) Suyono Dikun (2004).
Pemenuhan kebutuhan air, baik untuk air irigasi, kebutuhan domestik, industri, maupun kebutuhan-kebutuhan yang lain dipenuhi dengan prinsip conjuctive use antara air permukaan (surface water), hujan, dan air tanah (ground water).
Mengingat proses pembentukannya yang memerlukan waktu sangat lama maka secara ideal penggunaan air tanah hanya dapat dilakukan apabila air permukaan sudah tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan yang ada. Namun akibat penurunan kuantitas dan kualitas sumber air permukaan, peran air tanah sebagai sumber daya yang melengkapi air permukaan cenderung meningkat bahkan menjadi dominan dewasa ini. Pemenuhan kebutuhan air terutama diprioritaskan berasal dari air permukaan dan kekurangannya akan diusahakan untuk dipenuhi dari air tanah dan air hujan, baik yang berupa hujan alami maupun hujan buatan. Pemanfaatan hujan buatan untuk pemenuhan kebutuhan air cenderung tidak berkembang dikarenakan biaya yang sangat mahal dan tidak bisa dilakukan secara individual.
Air sebagai materi esensial dalam kehidupan tampak dari kebutuhan terhadap air untuk keperluan sehari-hari di lingkungan rumah tangga ternyata berbeda-beda di setiap tempat, setiap tingkatan kehidupan atau setiap bangsa dan negara. Semakin tinggi taraf kehidupan seseorang semakin meningkat pula kebutuhan manusia akan air. Jumlah penduduk dunia setiap hari bertambah, sehingga mengakibatkan jumlah kebutuhan air.
Air merupakan faktor penting dalam pemenuhan kebutuhan vital bagi mahluk hidup diantaranya sebagai air minum atau keperluan rumah tangga lainnya. Air yang digunakan harus bebas dari kuman penyakit dan tidak mengandung bahan beracun. Sumber air minum yang memenuhi syarat sebagai air baku air minum jumlahnya makin lama makin berkurang sebagai akibat ulah manusia sendiri baik sengaja maupun tidak disengaja.
Upaya pemenuhan kebutuhan air oleh manusia dapat mengambil air dari dalam tanah, air permukaan, atau langsung dari air hujan. Dari ke tiga sumber air tersebut, air tanah yang paling banyak digunakan karena air tanah memiliki beberapa kelebihan di banding sumber-sumber lainnya antara lain karena kualitas airnya yang lebih baik serta pengaruh akibat pencemaran yang relatif kecil.
Akan tetapi  air yang dipergunakan tidak selalu sesuai dengan syarat kesehatan, karena sering ditemui air tersebut mengandung bibit ataupun zat-zat tertentu yang dapat menimbulkan penyakit yang justru membahayakan kelangsungan hidup manusia.
Potensi air di Jakarta sebenarnya sangat melimpah. Namun, pencemaran sungai yang tinggi mengakibatkan menurunnya ketersediaan air minum. Selama penataan permukiman di pinggir sungai belum dilakukan, sungai akan terus tercemar. Jakarta diperkirakan akan mengalami krisis air minum pada 2025. Pemicunya adalah menurunnya pasokan bahan baku air akibat penurunan kualitas air sungai.
Secara sosial demografi, peningkatan jumlah penduduk, peningkatan arus urbanisasi ke kota, dan tuntutan peningkatan kesejahteraan umum dan kualitas hidup akan meningkatkan kebutuhan akan air minum. Untuk itu, diperlukan penghematan penggunaan air bersih yang memerlukan tingkah laku pelanggan serta struktur penyuplaian dan penggunaan yang baik. Misalnya, kegiatan mencuci kendaraan di musim kemarau yang biasa dilakukan orang Jakarta.
Demikian pentingnya air untuk kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Dalam penggunaan untuk pemenuhan kebutuhan rumah tangga sangat beraneka ragam dengan kuantitas yang berbeda-beda berdasarkan kondisi ekonomi masyarakat yang berbeda-beda pula dan faktor lainnya.
Hasil penggunaan air tanah di Kelurahan Koja Jakarta Utara, penggunaan air tanah perkapita perbulan sekitar 40,5%, dengan jumlah penggunaan air sebanyak < 5000 liter sekitar 31,0%, dengan jumlah penggunaan air sebanyak 5001-10,000 liter sekitar 16,7%, dengan jumlah penggunaan air sebanyak 10,001-15,000 liter sekitar 7,1%, (Rasminto, 2009:59).
Hasil penggunaan air tanah di Kelurahan Koja Jakarta Utara, penggunaan air PAM perkapita perbulan adalah sekitar 47,6%. Dari penggunaan air yang berasal dari gerobag dorong perkapita perbulan adalah 19,0% (Rasminto, 2009:59).
Morfologi wilayah Kotamadya Jakarta Utara merupakan dataran rendah, yang di bagian utaranya berhubungan langsung dengan laut Jawa. Beberapa sungai utama mengalir melalui wilayah ini, sehingga secara alami mempunyai potensi untuk terjadinya banjir. Secara alami, faktor penyebab terjadinya banjir selain keadaan morfologinya yang berupa dataran rendah, juga disebabkan oleh curah hujan yang tinggi di bagian belakangnya (hinterland), aliran permukaan (run off) yang besar, gradien sungai atau drainase yang sangat landai, pengaruh pasang surut, dan pendangkalan sungai disekitar muaranya. Penggunaan lahan yang kurang tepat di daerah belakang (hinterland) dapat memperbesar aliran permukaan yang membawa material rombakan, sehingga dalam kondisi tertentu akan terjadi proses sedimentasi di beberapa dasar sungai pada gradien sungai yang landai. Kemudian ditunjang dengan pembangunan fisik disekitar kawasan DKI Jakarta yang semakin pesat, sehingga lahan terbuka untuk resapan air hujan menjadi terbatas dansempit. Keadaan menyebabkan aliran permukaan menjadi bertambah besar, sehingga daya dukung aliran permukaan menjadi bertambah besar, sehingga daya dukung permukaan menjadi terbatas dan menyebabkan terjadinya banjir di beberapa tempat.
Oleh karena itu air merupakan unsur utama dalam tumbuhan, tubuh hewan dan tubuh manusia. Saat ini, masalah utama yang dihadapkan oleh sumber air meliputi kuantitas air yang sudah tidak memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dan kualitas air untuk keperluan domestik yang semakin menurun.

1.2. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:
1.        Bagaimanakah kualitas air tanah di Kelurahan Koja Kecamatan Koja Kota Administrasi Jakarta Utara?
2.        Apakah kebutuhan terhadap air untuk keperluan sehari-hari di lingkungan rumah tangga berbeda-beda di setiap tempat pada Kelurahan Koja Kecamatan Koja Kota Administrasi Jakarta Utara?
3.        Bagaimanakah pola penggunaan air tanah rumah tangga di Kelurahan Koja Kecamatan Koja Kota Administrasi Jakarta Utara?
4.        Bagaimanakah evaluasi pemenuhan kebutuhan air penduduk untuk kebutuhan air untuk rumah tangga di Kelurahan Koja Kecamatan Koja Kota Administrasi Jakarta Utara?

1.3. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas maka masalah dalam penelitian ini dibatasi pada aspek evaluasi pemenuhan kebutuhan air untuk rumah tangga serta penggunaannya untuk kebutuhan rumah tangga di Kelurahan Koja kecamatan Koja kota administratif Jakarta Utara.

1.4.Perumusan Masalah
Sehubungan dengan pembatasan masalah diatas, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
"Evaluasi pemenuhan kebutuhan air untuk rumah tangga di Kelurahan Koja Kecamatan Koja Kota Administrasi Jakarta Utara?"

1.5.Manfaat Penelitian
1.    Memberikan rekomendasi kepada pemerintah setempat dalam usaha memecahkan permasalahan pemanfaatan air tanah dan kelestariannya.
2.    Memberikan gambaran tentang evaluasi pemehunah kebutuhan air di Kelurahan Koja Kecamatan Koja Kota Administrasi Jakarta Utara.
3.    Memberikan penyuluhan kepada masyarakat mengenai sosialisasi penggunaan air tanah agar bermanfaat dan dapat dilestarikan.
4. Membantu peneliti lain yang akan melakukan penelitian sejenis.
















8
 
BAB II
KERANGKA TEORITIS DAN KERANGKA BERPIKIR


2.1. Kerangka Teori
2.1.1. Hakikat Evaluasi
Evaluasi adalah proses pengumpulan dan analisis data secara sistematis yang diperlukan dalam rangka pengambilan keputusan, GAO (1992:4). Evaluasi akan menghasilkan umpan balik dalam kerangka efektivitas pelaksanaan kegiatan organisasi.
Menurut Department of Health & Human Services, evaluasi adalah proses untuk mengumpulkan informasi. Sebagaimana dengan proses pada umumnya, evaluasi harus dapat mendefinisikan komponen-komponen fase dan teknik yang akan dilakukan.
Pengertian lain dikemukakan oleh Peter H. Rossi (1993:5) menyebutkan bahwa evaluasi merupakan suatu aplikasi penilaian yang sistematis terhadap konsep, desain, implementasi, dan manfaat aktivitas dan program dari suatu instansi pemerintah. Dengan kata lain, evaluasi dilakukan untuk menilai dan meningkatkan cara-cara dan kemampuan berinteraksi instansi pemerintah yang pada akhirnya akan meningkatkan kinerjanya.
Evaluasi adalah proses penilaian yang sistematis, pemberian nilai, atribut, apresiasi dan pengenalan permasalahan serta pemberian solusi atas permasalahan yang ditemukan. Dalam berbagai hal, evaluasi dilakukan melalui monitoring terhadap sistem yang ada. Namun demikian, evaluasi kadang-kadang tidak dapat dilakukan dengan hanya menggunakan informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi pada organisasi instansi saja. Data dari luar instansi akan menjadi sangat penting untuk digunakan dalam melakukan analisis dan evaluasi. Evaluasi mungkin saja dilakukan dengan tidak terlalu mementingkan keakuratan data yang ada, namun dengan lebih bijaksana dalam memperoleh data, sehingga data yang hanya berkriteria cukup dapat saja digunakan dalam pelaksanaan evaluasi. Penggunaan data dan informasi guna melakukan evaluasi lebih diprioritaskan pada kecepatan untuk memperoleh data dan kegunaannya. Dengan demikian, hasil evaluasi akan lebih cepat diperoleh dan tindakan yang diperlukan untuk perbaikan dapat segera dilakukan.
Kata evaluasi berasal dari Bahasa Inggris evaluation yang berarti penilaian atau penaksiran, sedangkan menurut pengertian istilah evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan sesuatu objek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan.
Dari aspek pelaksanaan, Evaluasi adalah keseluruhan kegiatan pengumpulan data dan informasi, pengolahan, penafsiran, dan pertimbangan untuk membuat keputusan. Evaluasi adalah kegiatan atau proses untuk mengukur dan selanjutnya menilai sampai dimanakah tujuan yang telah dirumuskan sudah dapat dilaksanakan. Evaluasi adalah proses memahami atau memberi arti, mendapatkan dan mengkomunikasikan suatu informasi bagi petunjuk pihak-pihak pengambil keputusan. Secara rinci dapat disampaikan.
1)            Evaluasi ialah kegiatan mengumpulkan data seluas-luasnya, sedalam-dalamnya yang bersangkutan dengan kababilitas siswa, guna mengetahui sebab akibat dan hasil belajar.
2)            Dalam rangka pengembangan sistem instruksional, evaluasi merupakan suatu kegiatan untuk menilai seberapa jauh program telah telah berjalan seperti yang telah direncanakan.
3)            Evaluasi sebagai suatu alat untuk menentukan apakah tujuan pendidikan dan apakah proses dalam pengembangan ilmu telah berada dijalan yang diharapkan.
4)            Evaluasi adalah suatu kegiatan yang direncanakan dengan cermat dan merupakan bagian yang integral dari kegiatan program/ pendidikan.
5)            Evaluasi merupakan proses yang sistematis mulai dari menentukan tujuan (objektif) sampai menentukan keputusan, dimana prosesnya diawali dengan menentukan sasaran (objek) yang akan dievaluasi, menentukan instrumen (alat ukur), cara mengukur, mencatat data, menganalisis, menginterpretasi hasil analisis, mengambil kesimpulan dan menetapkan keputusan.
Berdasarkan beberapa rumusan di atas dapat didefinisikan bahwa evaluasi merupakan serangkaian kegiatan yang sistematis yang dilakukan dalam rangka untuk mengetahui apakah suatu kegiatan telah berjalan sesuai dengan tujuan yang ditetapkan atau belum. Teknis pelaksanaan evaluasi meliputi penetapan objek yang akan dievaluasi, menentukan instrumen yang cocok dengan apa yang akan dievaluasi, melakukan pengukuran terhadap objek evaluasi, mengumpulkan data hasil pengukuran data mengolah data yang didapatkan dari basil pengukuran. Berdasarkakn data pengukuran dapat dijadikan babagai rekomendasi yang dapat dijadikan sebagai dasar dalam menentukan keputusan.

2.1.2. Hakikat Air
Kep.MenKo Bidang Perekonomian No. KEP-15/M.EKON/12/2001-Kep.Pres No. 123 Tahun 2001, Air adalah semua air yang terdapat pada, di atas maupun di bawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang dimanfaatkan di darat.
Air merupakan sumber kehidupan yang tidak dapat tergantikan oleh apa pun juga. Tanpa air manusia, hewan dan tanaman tidak akan dapat hidup. Air di bumi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu :
1.    Air Tanah
Air tanah adalah air yang berada di bawar permukaan tanah. Air tanah dapat kita bagi lagi menjadi dua, yakni air tanah preatis dan air tanah artesis.
a.       Air Tanah Preatis
Air tanah preatis adalah air tanah yang letaknya tidak jauh dari permukaan tanah serta berada di atas lapisan kedap air / impermeable.
b.      Air Tanah Artesis
Air tanah artesis letaknya sangat jauh di dalam tanah serta berada di antara dua lapisan kedap air.
2.    Air Permukaan
Air pemukaan adalah air yang berada di permukaan tanah dan dapat dengan mudah dilihat oleh mata kita. Contoh air permukaan seperti laut, sungai, danau, kali, rawa, empang, dan lain sebagainya. Air permukaan dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu :
a.       Perairan Darat
Perairan darat adalah air permukaan yang berada di atas daratan misalnya seperti rawa-rawa, danau, sungai, dan lain sebagainya.
b.      Perairan Laut
Perairan laut adalah air permukaan yang berada di lautan luas. Contohnya seperti air laut yang berada di laut.

Air bersih itu mengandung arti bahwa air yang memenuhi persyaratan untuk pengairan sawah, untuk rawatan air minum dan untuk rawatan air sanitasi. Persyaratan disini ditinjau dari persyaratan kandungan kimia, fisik dan biologis. Pengertian Air Bersih:
1.    Secara Umum: Air yang aman dan sehat yang bisa dikonsumsi manusia.
2.    Secara Fisik: Tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa.
3.    Secara Kimia:
·         pH netral (bukan asam/basa)
·         Tidak mengandung racun dan logam berat berbahaya.
·         Parameter-parameter seperti BOD, COD,DO, TS,TSS dan konductiviti memenuhi aturan pemerintah setempat.

2.1.2.1. Persyaratan Kualitas Air
Parameter Kualitas Air yang digunakan untuk kebutuhan manusia haruslah air yang tidak tercemar atau memenuhi persyaratan fisika, kimia, dan biologis.
1.    Persyaratan Fisika Air
Air yang berkualitas harus memenuhi persyaratan  fisika sebagai berikut:
  1. Jernih atau tidak keruh
Air yang keruh disebabkan oleh adanya butiran-butiran koloid dari tanah liat. Semakin banyak kandungan koloid maka air semakin keruh.
  1. Tidak berwarna
Air untuk keperluan rumah tangga harus jernih. Air yang berwarna berarti mengandung bahan-bahan lain yang berbahaya bagi kesehatan.
  1. Rasanya tawar
Secara fisika, air bisa dirasakan oleh lidah. Air yang terasa asam, manis, pahit atau asin menunjukan air tersebut tidak baik. Rasa asin disebabkan adanya garam-garam tertentu  yang larut dalam air, sedangkan rasa asam diakibatkan adanya asam organik maupun asam anorganik.
  1. Tidak berbau
Air yang baik memiliki ciri tidak berbau bila dicium dari jauh maupun dari dekat. Air yang berbau busuk mengandung bahan organik yang sedang mengalami dekomposisi (penguraian) oleh mikroorganisme air.
  1. Temperaturnya normal
Suhu air sebaiknya sejuk atau tidak panas terutama agar tidak terjadi pelarutan zat kimia yang ada pada saluran/pipa, yang dapat membahayakan kesehatan dan menghambat pertumbuhan mikro organisme.
  1. Tidak mengandung zat padatan
Air minum mengandung zat padatan yang terapung di dalam air.

2.    Persyaratan Kimia
Kandungan zat atau mineral yang bermanfaat dan tidak mengandung zat beracun.
1.        pH (derajat keasaman)
Penting dalam proses penjernihan air karena keasaman air pada umumnya disebabkan gas Oksida yang larut dalam air terutama karbondioksida. Pengaruh yang menyangkut aspek kesehatan dari pada penyimpangan standar kualitas air minum dalam hal pH yang lebih kecil 6,5 dan lebih besar dari 9,2 akan tetapi dapat menyebabkan beberapa senyawa kimia berubah menjadi racun yang sangat mengganggu kesehatan.
2.        Kesadahan
Kesadahan ada dua macam yaitu kesadahan sementara dan kesadahanvnonkarbonat (permanen). Kesadahan sementara akibat keberadaan Kalsium dan Magnesium bikarbonat yang dihilangkan dengan memanaskan air hingga mendidih atau menambahkan kapur dalam air. Kesadahan nonkarbonat (permanen) disebabkan oleh sulfat dan karbonat, Chlorida dan Nitrat dari Magnesium dan Kalsium disamping Besi dan Alumunium. Konsentrasi kalsium dalam air minum yang lebih rendah dari 75 mg/l dapat menyebabkan penyakit tulang rapuh, sedangkan konsentrasi yang lebih tinggi dari 200 mg/l dapat menyebabkan korosifitas pada pipa-pipa air. Dalam jumlah yang lebih kecil magnesium dibutuhkan oleh tubuh untuk pertumbuhan tulang, akan tetapi dalam jumlah yang lebih besar 150 mg/l dapat menyebabkan rasa mual.
3.        Besi
Air yang mengandung banyak besi akan berwarna kuning dan menyebabkan rasa logam besi dalam air, serta menimbulkan korosi pada bahan yang terbuat dari metal. Besi merupakan salah satu unsur yang merupakan hasil pelapukan batuan induk yang banyak ditemukan diperairan umum. Batas maksimal yang terkandung didalam air adalah 1,0 mg/l
4.        Aluminium
Batas maksimal yang terkandung didalam air menurut Peraturan Menteri Kesehatan No 82 / 2001 yaitu 0,2 mg/l. Air yang mengandung banyak aluminium menyebabkan rasa yang tidak enak apabila dikonsumsi.
5.        Zat organik
Larutan zat organik yang bersifat kompleks ini dapat berupa unsur hara makanan maupun sumber energi lainnya bagi flora dan fauna yang hidup di perairan  
6.        Sulfat
Kandungan sulfat yang berlebihan dalam air dapat mengakibatkan kerak air yang keras pada alat merebus air (panci / ketel)selain mengakibatkan bau dan korosi pada pipa. Sering dihubungkan dengan penanganan dan pengolahan air bekas.


7.        Nitrat dan nitrit
Pencemaran air dari nitrat dan nitrit bersumber dari tanah dan tanaman. Nitrat dapat terjadi baik dari NO2 atmosfer maupun dari pupuk-pupuk yang digunakan dan dari oksidasi NO2 oleh bakteri dari kelompok Nitrobacter. Jumlah Nitrat yang lebih besar dalam usus cenderung untuk berubah menjadi Nitrit yang dapat bereaksi langsung dengan hemoglobine dalam daerah membentuk methaemoglobine yang dapat menghalang perjalanan oksigen didalam tubuh.
8.        Chlorida
Dalam konsentrasi yang layak, tidak berbahaya bagi manusia. Chlorida dalam jumlah kecil dibutuhkan untuk desinfektan namun apabila berlebihan dan berinteraksi dengan ion Na+ dapat menyebabkan rasa asin dan korosi pada pipa air.
9.        Zink atau Zn Batas maksimal Zink yang terkandung dalam air adalah 15 mg/l. penyimpangan terhadap standar kualitas ini menimbulkan rasa pahit, sepet, dan rasa mual. Dalam jumlah kecil, Zink merupakan unsur yang penting untuk metabolisme, karena kekurangan Zink dapat menyebabkan hambatan pada pertumbuhan anak.

3.    Persyratan mikrobiologis
Persyaratan mikrobiologis yangn harus dipenuhi oleh air adalah sebagai berikut:
  1. Tidak mengandung bakteri patogen, missalnya: bakteri golongan coli; Salmonella typhi, Vibrio cholera dan lain-lain. Kuman-kuman ini mudah tersebar melalui air.
  2. Tidak mengandung bakteri non patogen seperti: Actinomycetes, Phytoplankton colifprm, Cladocera dan lain-lain. (Sujudi,1995)
1.    COD (Chemical Oxygen Demand)
COD yaitu suatu uji yang menentukan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bahan oksidan misalnya kalium dikromat untuk mengoksidasi bahan-bahan organik yang terdapat dalam air (Nurdijanto, 2000 : 15). Kandungan COD dalam air bersih berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No 82 / 2001 mengenai baku mutu air minum golongan B maksimum yang dianjurkan adalah 12 mg/l. apabila nilai COD melebihi batas dianjurkan, maka kualitas air tersebut buruk.
2.    BOD (Biochemical Oxygen Demand)
Adalah jumlah zat terlarut yang dibutuhkan oleh organisme hidup untuk memecah bahan – bahan buangan didalam air (Nurdijanto, 2000 : 15). Nilai BOD tidak menunjukkan jumlah bahan organik yang sebenarnya tetepi hanya mengukur secara relatif jumlah oksigen yang dibutuhkan. Penggunaan oksigen yang rendah menunjukkan kemungkinan air jernih, mikroorganisme tidak tertarik menggunakan bahan organik makin rendah BOD maka kualitas air minum tersebut semakin baik. Kandungan BOD dalam air bersih menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No 82 / 2001 mengenai baku mutu air dan air minum golongan B maksimum yang dianjurkan adalah 6 mg/l Adanya penyebab penyakit didalam air dapat menyebabkan efek langsung dalam kesehatan. Penyakit-penyakit ini hanya dapat menyebar apabila mikro penyebabnya dapat masuk ke dalam air yang dipakai masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Tabel 1. Standar Kualitas Air di Perairan Umum
(Peraturan Pemerintah No.20 Tahun 1990)
No
Parameter
Satuan
Kadar Maksimum
Golongan A
Golongan B
Golongan C
Golongan D
FISIKA




1
Bau
-
-
-
-
-
2
Jumlah zat padat terlarut
Mg/L
1000
1000
1000
1000
3
Kekeruhan
Skala NTU
5



4
Rasa
-




5
Warna
Skala TCU
15



6
Suhu
oC
Suhu udara



7
Daya Hantar Listrik
Umhos/cm



2250












KIMIA anorganik




1
Air raksa
Mg/lt
0.001
0.001
0.002
0.005
2
Aluminium
Mg/lt
0.2
-


3
Arsen
Mg/lt
0.005
0.05
1
1
4
Barium
Mg/lt
1
1


5
Besi
Mg/lt
0.3
5


6
Florida
Mg/lt
0.5
1.5
1.5

7
Kadmium
Mg/lt
0.005
0.01
0.01
0.01
8
Kesadahan CaCO3
Mg/lt
500



9
Klorida
Mg/lt
250
600
0.003

10
Kromium valensi 6
Mg/lt
0.005
0.05
0.05
1
11
Mangan
Mg/lt
0.1
0.5

2
12
Natriun
Mg/lt
200


60
13
Nitrat sebagai N
Mg/lt
10
10


14
Nitrit sebagai N
Mg/lt
1.0
1
0.06

15
Perak
Mg/lt
0.05



16
.pH
6.5 – 8.5
5 – 9
6 – 9
5 – 9
17
Selenium
Mg/lt
0.01
0.01
0.05
0.05
18
Seng
Mg/lt
5
5
0.02
2
19
Sianida
Mg/lt
0.1
0.1
0.02

20
Sulfat
Mg/lt
400
400


21
Sulfida sebagao H2S
Mg/lt
0.05
0.1
0.002

22
Tembaga
Mg/lt
1.0
1
0.02
0.1
23
Timbal
Mg/lt
0.05
0.01
0.03
1
24
Oksigen terlarut (DO)
Mg/lt
-
>=6
>3

25
Nikel
Mg/lt
-


0.5
26
SAR (Sodium Absortion Ratio)
Mg/lt
-


1.5 – 2.5







Kimia Organik




1
Aldrin dan dieldrin
Mg/lt
0.0007
0.017


2
Benzona
Mg/lt
0.01



3
Benzo (a) Pyrene
Mg/lt
0.00001



4
Chlordane (total isomer)
Mg/lt
0.0003



5
Chlordane
Mg/lt
0.03
0.003


6
2,4 D
Mg/lt
0.10



7
DDT
Mg/lt
0.03
0.042
0.002

8
Detergent
Mg/lt
0.5



9
1,2 Dichloroethane
Mg/lt
0.01



10
1,1 Dichloroethane
Mg/lt
0.0003



11
Heptachlor heptachlor epoxide
Mg/lt
0.003
0.018


12
Hexachlorobenzene
Mg/lt
0.00001



13
Lindane
Mg/lt
0.004
0.056


14
Metoxychlor
Mg/lt
0.03
0.035


15
Pentachlorophenol
Mg/lt
0.01



16
Pestisida total
Mg/lt
0.1



17
2,4,6 Trichlorophenol
Mg/lt
0.01



18
Zat Organik (KMnO4)
Mg/lt
10



19
Endrin
Mg/lt
-
0.001
0.004

20
Fenol
Mg/lt
-
0.002
0.001

21
Karbon kloroform ekstrak
Mg/lt
-
0.05


22
Minyak dan lemak
Mg/lt
-
Nihil
1

23
Organofosfat dan carbanat
Mg/lt
-
0.1
0.1

24
PCD
Mg/lt
-
Nihil


25
Senyawa aktif biru metilen
Mg/lt
-
0.5
0.2

26
Toxaphene
Mg/lt
-
0.005


27
BHC
Mg/lt
-

0.21








Mikrobiologik




1
Koliform tinja
Jml/100ml
0
2000


2
Total koliform
Jml/100ml
3
10000









Radioaktivitas




1
Gross Alpha activity
Bq/L
0.1
0.1
0.1
0.1
2
Gross Beta activity
Bq/L
1.0
1.0
1.0
1.0
Keterangan:
Golongan A : air untuk air minum tanpa pengolahan terlebih dahulu
Golongan B : air yang dipakai sebagai bahan baku air minum melalui suatu pengolahan
Golongan C : air untuk perikanan dan peternakan
Golongan D : air untuk pertanian dan usaha perkotaan, industri dan PLTA.

Kualitas air yang digunakan masyarakat harus memenuhi syarat kesehatan agar dapat terhindar dari berbagai penyakit maupun gangguang kesehatan yang dapat disebabkan oleh air. Untuk mengetahui kualitas air tersebut, perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium yang mencakup antara lain pemeriksaan bakteriologi air, meliputi Most Probable Number  (MPN) dan angka kuman.  Pemeriksaan MPN dilakukan untuk pemeriksaan kualitas air minum, air bersih, air badan, air pemandian umum, air kolam renang dan pemeriksaan angka kuman pada air PDAM.
Khusus untuk air minum, disyaratkan bahwa tidak mengandung bakteri patogen, misalnya bakteri golongan E. coli, Salmonella typhi, Vibrio cholera. Kuman-kuman ini mudah tersebar melalui air (Transmitted by water) dan tidak mengandung bakteri non-patogen, seperti Actinomycetes dan Cladocera (Soewarno. 2002).
Tabel 2. Persyaratan  Kualitas air minum secara Bakteriologis
Parameter
Satuan
Kadar maksimum yang diperbolehkan
Keterangan
1
2
3
4
1.      Air Minum
E. coli atau Fecal coli
Jumlah per 100 ml sampel
0
2.      Air yang masuk sistem distribusi
E. coli atau Fecal col
Jumlah per 100 ml sampel
0
Total Bakteri Coliform
Jumlah per 100 ml sampel
0
3.      Air pada sistem distribusi
E. coli atau Fecal col
Jumlah per 100 ml sampel
0
Total Bakteri Coliform
Jumlah per 100 ml sampel
0

Bagi manusia air minum adalah salah satu kebutuhan utama. Mengingat bahwa berbagai penyakit dapat dibawah oleh air kepada manusia memanfaatkannya, maka tujuan utama penyediaan air bersih/air minum bagi masyarakat adalah untuk mencegah penyakit yang dibawah oleh air. Penyediaan air bersih selain kuantitas kualitasnya pun harus memenuhi standar yang berlaku. Air minum yang memenuhi baik kuantitas maupun kualitas sangat membantu menurunkan angka kesakitan penyakit perut terutama penyakit diare. Sehingga pengawasan terhadap kualitas air minum agar tetap memenuhi syarat-syarat kesehatan berdasarkan Kepmenkes RI No 907/Menkes/SK/VII/2002 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air minum (Depkes, 2002)
Ditinjau dari jumlah atau kuantitas air yang dibuthkan manusia, kebutuhan dasar air bersih adalah jumlah air bersih minimal yang perlu disediakan agar manusia dapat hidup secara layak yaitu dapat memperoleh air yang diperlukan untuk melakukan aktivitas dasar sehari-hari (Sunjaya dalam Karsidi, 1999 : 18). Ditinjau dari segi kuantitasnya, kebutuhan air rumah tangga menurut Sunjaya adalah:
a.         Kebutuhan air untuk minum dan mengolah makanan 5 liter/orang perhari.
b.        Kebutuhan air untuk higien yaitu untuk mandi dan membersihkan dirinya 25–30 liter/orang perhari.
c.         Kebutuhan air untuk mencuci pakaian dan peralatan 25–30 liter/orang perhari.
d.        Kebutuhan air untuk menunjang pengoperasian dan pemeliharaan fasilitas sanitasi atau pembuangan kotoran 4 – 6 liter / orang perhari, sehingga total pemakaian perorang adalah 60 – 70 liter / hari di kota. Banyaknya pemakaian air tiap harinya untuk setiap rumah tangga berlainan, selain pemakaian air tiap harinya tidak tetap banyak keperluan air bagi tiap orang atau setiap rumah tangga itu masih tergantung dari beberapa faktor diantaranya adalah pemakaian air di daerah panas akan lebih banyak dari pada di daerah dingin, kebiasaan hidup dalam rumah tangga misalnya ingin rumah dalam keadaan bersih selalu dengan mengepel lantai dan menyiram halaman, keadaan sosial rumah tangga semakin mampu atau semakin tinggi tingkat sosial kehidupannya semakin banyak menggunakan air serta pemakaian air dimusim panas akan lebih banyak dari pada dimusim hujan.

2.1.2.2. Sumber-sumber air yang digunakan masyarakat
Ø  Air Permukaan
Adalah air hujan yang mengalir di permukaan bumi. Pada umumnya air permukaan ini akan mendapat pengotoran selama pengalirannya, misalnya oleh lumpur, batang-batang kayu, daun-daun, kotoran industri dan lainnya. Air permukaan ada dua macam yaitu air sungai dan air rawa. Air sungai digunakan sebagai air minum, seharusnya melalui pengolahan yang sempurna, mengingat bahwa air sungai ini pada umumnya mempunyai derajat pengotoran yang tinggi. Debit yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan akan air minum pada umumnya dapat mencukupi. Air rawa kebanyakan berwarna disebabkan oleh adanya zat-zat organik yang telah membusuk, yang menyebabkan warna kuning coklat, sehingga untuk pengambilan air sebaiknya dilakukan pada kedalaman tertentu di tengah-tengah.
Ø  Air tanah
Air tanah adalah air yang berada di bawah permukaan tanah didalam zone jenuh dimana tekanan hidrostatiknya sama atau lebih besar dari tekanan atmosfer (Suyono,1993 :1).
Ø  Mata air
Yaitu air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan tanah dalam hampir tidak terpengaruh oleh musim dan kualitas atau kuantitasnya sama dengan air dalam.
Sistem penyediaan air bersih meliputi besarnya komponen pokok antara lain: unit sumber baku, unit pengolahan, unit produksi, unit transmisi, unit distribusi dan unit konsumsi, yaitu (1) Unit sumber air baku merupakan awal dari sistem penyediaan air bersih yang mana pada unit ini sebagai penyediaan air baku yang bisa diambil dari air tanah, air permukaan, air hujan yang jumlahnya sesuai dengan yang diperlukan. (2) Unit pengolahan air memegang peranan penting dalam upaya memenuhi kualitas air bersih atau minum, dengan pengolahan fisika, kimia, dan bakteriologi, kualitas air baku yang semula belum memenuhi syarat kesehatan akan berubah menjadi air bersih atau minum yang aman bagi manusia. (3). Unit produksi adalah salah satu dari sistem penyediaan air bersih yang menentukan jumlah produksi air bersih atau minum yang layak didistribusikan ke beberapa tandon atau reservoir dengan sistem pengaliran gravitasi atau pompanisasi. (4). Unit produksi merupakan unit bangunan yang mengolah jenis-jenis sumber air menjadi air bersih.
Ø  Air PAM
Air yang berkesinambungan kualitas, kuantitas, dan kantinuitas, guna mendukung program Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang dikelola oleh PAM JAYA.
Sumber air baku yang digunakan oleh PAM DKI saat ini berasal dari sungai antara lain sungai Ciliwung, Krukut, Pesanggrahan, Saluran Sekunder Bekasi Tengah serta Banjir Kanal.
Ø  Air Grobag
Air bersih/ Air PAM yang dibutuhkan warga dan diantar oleh pengecer dengan menggunakan gerobak untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.








2.2.1 Bagan Alir Berpikir





















Gambar 2.1.  Bagan Alir Kerangka berpikir








24
 

 
BAB III
METODELOGI PENELITIAN

3.1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui evaluasi pemenuhan  penggunaan air sebagai kebutuhan rumah tangga di Kelurahan Koja Kecamatan Koja Kota Administrasi Jakarta Utara.

3.2. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dekriptif dengan pendekatan survei. Pada penelitian ini digunakan cara pengamatan, uji laboratorium air tanah dan wawancara serta pengisian kuisioner untuk data penggunaan air tanah.

3.3.Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan April hingga Juni 2010, dengan tempat penelitiannya yaitu di Kelurahan Koja Kecamatan Koja Kota Administrasi Jakarta Utara. Dengan alasan bahwa fenomena yang terjadi di Kelurahan Koja sangat menarik, karena dari hasil observasi lapangan dalam pemenuhan kebutuhan air rumah tangga, penduduk Kelurahan Koja tetap menggunakan air tanah untuk pemenuhan air rumah tangga sehari-hari meskipun air tanah di sana sudah diambang batas baku mutu air bersih menurut Permenkes RI No. 416/PER/XI/1990. Serta tindak lanjut dari penelitian sebelumnya tentang strategi pemenuhan kebutuhan penggunaan air tanah sebagai kebutuhan rumah tangga di Kelurahan Koja Kecamatan Koja Kota Administrasi Jakarta Utara.

3.4. Populasi dan Sampel
3.4.1. Populasi
                        Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Dalam penelitian
ini pada populasi fisik subyeknya adalah seluruh air yang digunakan masyarakat di wilayah Kelurahan Koja Kecamatan Koja Kota Administrasi Jakarta Utara, sementara  pada populasi sosial subyeknya adalah seluruh rumah tangga yang menggunakan air untuk kebutuhan domesti.
3.4.2. Sampel
Teknik penentuan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Purposive sampling artinya bahwa penentuan sampel sesuai dengan tujuan penelitian, dalam hal ini dibagi dalam sampel ini dambil 288 responden dari 960 rumah tangga pengguna air tanah di Kelurahan Koja Kecamatan Koja Kota Administrasi Jakarta Utara.

3.5.Teknik Pengambilan Sampel
Menurut Hefni Efendi (2003) dalam kumpulan Standar Nasional Indonesia Bidang Pekerjaan Umum menyatakan bahwa dalam teknik pengambilan sampel air tanah pada sumur bor dengan pompa tangan atau mesin, sampel diambil dari kran/mulut pompa. Pengambilan sampel dilakukan kira-kira lima menit setelah air mulai dibuang atau dikeluarkan.

3.6. Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer meliputi informasi yang diperoleh dari pengukuran di lapangan, wawancara dan juga hasil analisa laboratorium. Data sekunder meliputi informasi dari monografi Kelurahan, peta hidrogeologi, peta geologi, peta tataguna lahan dan data curah hujan.

3.7. Teknik Analisa Data
Adapun analisa yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:
1. Menganalisa sampel air yang berasal dari Kelurahan Koja Kecamatan Koja dan data wawancara serta kuisioner pengguna air tanah. Untuk penggunaan air  tanah yang digunakan dalam analisa data adalah pola penggunaan air tanah dengan melihat tingkat kecukupan kebutuhan air domestik sebagai strategi pemenuhan kebutuhan air domestik.
2. Data yang diperoleh dari uji laboratorium dibandingkan dan digolongkan dengan daftar kriteria kualitas air menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990.

3.8. Instrumen Penelitian
               Penelitian ini selain melakukan uji laboratorium sampel air tanah yang berasal dari air sumur penduduk juga dikombinasi dengan data yang disusun dalam Instrumen penelitian berbentuk kuisioner sebagai dasar wawancara.

3.8.1. Definisi Operasional
           Untuk mempermudah dalam proses penelitian, peneliti menyusun definisi operasional, dalam menentukan kategori penelitian ini menggunakan skala likert, sebagaimana tabel sebagai berikut:
a.       Kategori
 Tabel 3.1. Kategori Penggunaan Air
No
Kategori
Skor
1
Selalu
4
2
Sering
3
3
Jarang
2
4
Tidak Pernah
1
  Sumber: Sugiyono, 2002