EVALUASI PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR UNTUK RUMAH TANGGA DI KELURAHAN KOJA KECAMATAN KOJA JAKARTA UTARA
Oleh:
ASEP ABDUL RAHMAN 4315066971
JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2011
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Indonesia Secara iklim dan geografis, terletak di daerah tropis dengan curah hujan yang tidak merata secara keruangan dan waktu, mempunyai kendala dalam pemenuhan kebutuhan terhadap air karena ketersediaannya tidak selalu sesuai dengan waktu, ruang, jumlah dan mutu yang dibutuhkan. Kebutuhan akan air yang relatif sama dalam setahun akan sangat sukar untuk dapat terpenuhi secara terus menerus sepanjang tahun dikarenakan ketersediaan yang sangat berlimpah di musim hujan dan sangat kekurangan jumlahnya di musim kemarau sehingga mengharuskan pembuatan infrastruktur pengairan terutama penyimpan air dan pengendali banjir. Kebutuhan akan air semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk, namun ketersediaannya (availlability) semakin berkurang baik dari segi kuantitas, maupun kualitasnya. Kemungkinan terjadi krisis air di masa depan (ketidakseimbangan supply and demand) akibat : a). Pertumbuhan penduduk di wilayah tertentu yang tidak terkendali menyebabkan kelangkaan air lokal (penyebabnya : tidak meratanya pertumbuhan ekonomi dan pembangunan infrastruktur). b). Kerusakan lingkungan yang meningkat (penyebabya : aktivitas ekonomi kalangan industri dan masyarakat yang tidak memperhatikan daya dukung lingkungan). c). Kelemahan dalam manajemen air (perilaku budaya air/water culture yang masih rendah, lemahnya koordinasi pengelolaan antar sektor dan stakeholders, lemahnya penegakkan hukum) Suyono Dikun (2004).
Pemenuhan kebutuhan air, baik untuk air irigasi, kebutuhan domestik, industri, maupun kebutuhan-kebutuhan yang lain dipenuhi dengan prinsip conjuctive use antara air permukaan (surface water), hujan, dan air tanah (ground water).
Mengingat proses pembentukannya yang memerlukan waktu sangat lama maka secara ideal penggunaan air tanah hanya dapat dilakukan apabila air permukaan sudah tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan yang ada. Namun akibat penurunan kuantitas dan kualitas sumber air permukaan, peran air tanah sebagai sumber daya yang melengkapi air permukaan cenderung meningkat bahkan menjadi dominan dewasa ini. Pemenuhan kebutuhan air terutama diprioritaskan berasal dari air permukaan dan kekurangannya akan diusahakan untuk dipenuhi dari air tanah dan air hujan, baik yang berupa hujan alami maupun hujan buatan. Pemanfaatan hujan buatan untuk pemenuhan kebutuhan air cenderung tidak berkembang dikarenakan biaya yang sangat mahal dan tidak bisa dilakukan secara individual.
Air sebagai materi esensial dalam kehidupan tampak dari kebutuhan terhadap air untuk keperluan sehari-hari di lingkungan rumah tangga ternyata berbeda-beda di setiap tempat, setiap tingkatan kehidupan atau setiap bangsa dan negara. Semakin tinggi taraf kehidupan seseorang semakin meningkat pula kebutuhan manusia akan air. Jumlah penduduk dunia setiap hari bertambah, sehingga mengakibatkan jumlah kebutuhan air.
Air merupakan faktor penting dalam pemenuhan kebutuhan vital bagi mahluk hidup diantaranya sebagai air minum atau keperluan rumah tangga lainnya. Air yang digunakan harus bebas dari kuman penyakit dan tidak mengandung bahan beracun. Sumber air minum yang memenuhi syarat sebagai air baku air minum jumlahnya makin lama makin berkurang sebagai akibat ulah manusia sendiri baik sengaja maupun tidak disengaja.
Upaya pemenuhan kebutuhan air oleh manusia dapat mengambil air dari dalam tanah, air permukaan, atau langsung dari air hujan. Dari ke tiga sumber air tersebut, air tanah yang paling banyak digunakan karena air tanah memiliki beberapa kelebihan di banding sumber-sumber lainnya antara lain karena kualitas airnya yang lebih baik serta pengaruh akibat pencemaran yang relatif kecil.
Akan tetapi air yang dipergunakan tidak selalu sesuai dengan syarat kesehatan, karena sering ditemui air tersebut mengandung bibit ataupun zat-zat tertentu yang dapat menimbulkan penyakit yang justru membahayakan kelangsungan hidup manusia.
Potensi air di Jakarta sebenarnya sangat melimpah. Namun, pencemaran sungai yang tinggi mengakibatkan menurunnya ketersediaan air minum. Selama penataan permukiman di pinggir sungai belum dilakukan, sungai akan terus tercemar. Jakarta diperkirakan akan mengalami krisis air minum pada 2025. Pemicunya adalah menurunnya pasokan bahan baku air akibat penurunan kualitas air sungai.
Secara sosial demografi, peningkatan jumlah penduduk, peningkatan arus urbanisasi ke kota, dan tuntutan peningkatan kesejahteraan umum dan kualitas hidup akan meningkatkan kebutuhan akan air minum. Untuk itu, diperlukan penghematan penggunaan air bersih yang memerlukan tingkah laku pelanggan serta struktur penyuplaian dan penggunaan yang baik. Misalnya, kegiatan mencuci kendaraan di musim kemarau yang biasa dilakukan orang Jakarta.
Demikian pentingnya air untuk kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Dalam penggunaan untuk pemenuhan kebutuhan rumah tangga sangat beraneka ragam dengan kuantitas yang berbeda-beda berdasarkan kondisi ekonomi masyarakat yang berbeda-beda pula dan faktor lainnya.
Hasil penggunaan air tanah di Kelurahan Koja Jakarta Utara, penggunaan air tanah perkapita perbulan sekitar 40,5%, dengan jumlah penggunaan air sebanyak < 5000 liter sekitar 31,0%, dengan jumlah penggunaan air sebanyak 5001-10,000 liter sekitar 16,7%, dengan jumlah penggunaan air sebanyak 10,001-15,000 liter sekitar 7,1%, (Rasminto, 2009:59).
Hasil penggunaan air tanah di Kelurahan Koja Jakarta Utara, penggunaan air PAM perkapita perbulan adalah sekitar 47,6%. Dari penggunaan air yang berasal dari gerobag dorong perkapita perbulan adalah 19,0% (Rasminto, 2009:59).
Morfologi wilayah Kotamadya Jakarta Utara merupakan dataran rendah, yang di bagian utaranya berhubungan langsung dengan laut Jawa. Beberapa sungai utama mengalir melalui wilayah ini, sehingga secara alami mempunyai potensi untuk terjadinya banjir. Secara alami, faktor penyebab terjadinya banjir selain keadaan morfologinya yang berupa dataran rendah, juga disebabkan oleh curah hujan yang tinggi di bagian belakangnya (hinterland), aliran permukaan (run off) yang besar, gradien sungai atau drainase yang sangat landai, pengaruh pasang surut, dan pendangkalan sungai disekitar muaranya. Penggunaan lahan yang kurang tepat di daerah belakang (hinterland) dapat memperbesar aliran permukaan yang membawa material rombakan, sehingga dalam kondisi tertentu akan terjadi proses sedimentasi di beberapa dasar sungai pada gradien sungai yang landai. Kemudian ditunjang dengan pembangunan fisik disekitar kawasan DKI Jakarta yang semakin pesat, sehingga lahan terbuka untuk resapan air hujan menjadi terbatas dansempit. Keadaan menyebabkan aliran permukaan menjadi bertambah besar, sehingga daya dukung aliran permukaan menjadi bertambah besar, sehingga daya dukung permukaan menjadi terbatas dan menyebabkan terjadinya banjir di beberapa tempat.
Oleh karena itu air merupakan unsur utama dalam tumbuhan, tubuh hewan dan tubuh manusia. Saat ini, masalah utama yang dihadapkan oleh sumber air meliputi kuantitas air yang sudah tidak memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dan kualitas air untuk keperluan domestik yang semakin menurun.
1.2. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah kualitas air tanah di Kelurahan Koja Kecamatan Koja Kota Administrasi Jakarta Utara?
2. Apakah kebutuhan terhadap air untuk keperluan sehari-hari di lingkungan rumah tangga berbeda-beda di setiap tempat pada Kelurahan Koja Kecamatan Koja Kota Administrasi Jakarta Utara?
3. Bagaimanakah pola penggunaan air tanah rumah tangga di Kelurahan Koja Kecamatan Koja Kota Administrasi Jakarta Utara?
4. Bagaimanakah evaluasi pemenuhan kebutuhan air penduduk untuk kebutuhan air untuk rumah tangga di Kelurahan Koja Kecamatan Koja Kota Administrasi Jakarta Utara?
1.3. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas maka masalah dalam penelitian ini dibatasi pada aspek evaluasi pemenuhan kebutuhan air untuk rumah tangga serta penggunaannya untuk kebutuhan rumah tangga di Kelurahan Koja kecamatan Koja kota administratif Jakarta Utara.
1.4.Perumusan Masalah
Sehubungan dengan pembatasan masalah diatas, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
"Evaluasi pemenuhan kebutuhan air untuk rumah tangga di Kelurahan Koja Kecamatan Koja Kota Administrasi Jakarta Utara?"
1.5.Manfaat Penelitian
1. Memberikan rekomendasi kepada pemerintah setempat dalam usaha memecahkan permasalahan pemanfaatan air tanah dan kelestariannya.
2. Memberikan gambaran tentang evaluasi pemehunah kebutuhan air di Kelurahan Koja Kecamatan Koja Kota Administrasi Jakarta Utara.
3. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat mengenai sosialisasi penggunaan air tanah agar bermanfaat dan dapat dilestarikan.
4. Membantu peneliti lain yang akan melakukan penelitian sejenis.
BAB II
KERANGKA TEORITIS DAN KERANGKA BERPIKIR
2.1. Kerangka Teori
2.1.1. Hakikat Evaluasi
Evaluasi adalah proses pengumpulan dan analisis data secara sistematis yang diperlukan dalam rangka pengambilan keputusan, GAO (1992:4). Evaluasi akan menghasilkan umpan balik dalam kerangka efektivitas pelaksanaan kegiatan organisasi.
Menurut Department of Health & Human Services, evaluasi adalah proses untuk mengumpulkan informasi. Sebagaimana dengan proses pada umumnya, evaluasi harus dapat mendefinisikan komponen-komponen fase dan teknik yang akan dilakukan.
Pengertian lain dikemukakan oleh Peter H. Rossi (1993:5) menyebutkan bahwa evaluasi merupakan suatu aplikasi penilaian yang sistematis terhadap konsep, desain, implementasi, dan manfaat aktivitas dan program dari suatu instansi pemerintah. Dengan kata lain, evaluasi dilakukan untuk menilai dan meningkatkan cara-cara dan kemampuan berinteraksi instansi pemerintah yang pada akhirnya akan meningkatkan kinerjanya.
Evaluasi adalah proses penilaian yang sistematis, pemberian nilai, atribut, apresiasi dan pengenalan permasalahan serta pemberian solusi atas permasalahan yang ditemukan. Dalam berbagai hal, evaluasi dilakukan melalui monitoring terhadap sistem yang ada. Namun demikian, evaluasi kadang-kadang tidak dapat dilakukan dengan hanya menggunakan informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi pada organisasi instansi saja. Data dari luar instansi akan menjadi sangat penting untuk digunakan dalam melakukan analisis dan evaluasi. Evaluasi mungkin saja dilakukan dengan tidak terlalu mementingkan keakuratan data yang ada, namun dengan lebih bijaksana dalam memperoleh data, sehingga data yang hanya berkriteria cukup dapat saja digunakan dalam pelaksanaan evaluasi. Penggunaan data dan informasi guna melakukan evaluasi lebih diprioritaskan pada kecepatan untuk memperoleh data dan kegunaannya. Dengan demikian, hasil evaluasi akan lebih cepat diperoleh dan tindakan yang diperlukan untuk perbaikan dapat segera dilakukan.
Kata evaluasi berasal dari Bahasa Inggris evaluation yang berarti penilaian atau penaksiran, sedangkan menurut pengertian istilah evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan sesuatu objek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan.
Dari aspek pelaksanaan, Evaluasi adalah keseluruhan kegiatan pengumpulan data dan informasi, pengolahan, penafsiran, dan pertimbangan untuk membuat keputusan. Evaluasi adalah kegiatan atau proses untuk mengukur dan selanjutnya menilai sampai dimanakah tujuan yang telah dirumuskan sudah dapat dilaksanakan. Evaluasi adalah proses memahami atau memberi arti, mendapatkan dan mengkomunikasikan suatu informasi bagi petunjuk pihak-pihak pengambil keputusan. Secara rinci dapat disampaikan.
1) Evaluasi ialah kegiatan mengumpulkan data seluas-luasnya, sedalam-dalamnya yang bersangkutan dengan kababilitas siswa, guna mengetahui sebab akibat dan hasil belajar.
2) Dalam rangka pengembangan sistem instruksional, evaluasi merupakan suatu kegiatan untuk menilai seberapa jauh program telah telah berjalan seperti yang telah direncanakan.
3) Evaluasi sebagai suatu alat untuk menentukan apakah tujuan pendidikan dan apakah proses dalam pengembangan ilmu telah berada dijalan yang diharapkan.
4) Evaluasi adalah suatu kegiatan yang direncanakan dengan cermat dan merupakan bagian yang integral dari kegiatan program/ pendidikan.
5) Evaluasi merupakan proses yang sistematis mulai dari menentukan tujuan (objektif) sampai menentukan keputusan, dimana prosesnya diawali dengan menentukan sasaran (objek) yang akan dievaluasi, menentukan instrumen (alat ukur), cara mengukur, mencatat data, menganalisis, menginterpretasi hasil analisis, mengambil kesimpulan dan menetapkan keputusan.
Berdasarkan beberapa rumusan di atas dapat didefinisikan bahwa evaluasi merupakan serangkaian kegiatan yang sistematis yang dilakukan dalam rangka untuk mengetahui apakah suatu kegiatan telah berjalan sesuai dengan tujuan yang ditetapkan atau belum. Teknis pelaksanaan evaluasi meliputi penetapan objek yang akan dievaluasi, menentukan instrumen yang cocok dengan apa yang akan dievaluasi, melakukan pengukuran terhadap objek evaluasi, mengumpulkan data hasil pengukuran data mengolah data yang didapatkan dari basil pengukuran. Berdasarkakn data pengukuran dapat dijadikan babagai rekomendasi yang dapat dijadikan sebagai dasar dalam menentukan keputusan.
2.1.2. Hakikat Air
Kep.MenKo Bidang Perekonomian No. KEP-15/M.EKON/12/2001-Kep.Pres No. 123 Tahun 2001, Air adalah semua air yang terdapat pada, di atas maupun di bawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang dimanfaatkan di darat.
Air merupakan sumber kehidupan yang tidak dapat tergantikan oleh apa pun juga. Tanpa air manusia, hewan dan tanaman tidak akan dapat hidup. Air di bumi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu :
1. Air Tanah
Air tanah adalah air yang berada di bawar permukaan tanah. Air tanah dapat kita bagi lagi menjadi dua, yakni air tanah preatis dan air tanah artesis.
a. Air Tanah Preatis
Air tanah preatis adalah air tanah yang letaknya tidak jauh dari permukaan tanah serta berada di atas lapisan kedap air / impermeable.
b. Air Tanah Artesis
Air tanah artesis letaknya sangat jauh di dalam tanah serta berada di antara dua lapisan kedap air.
2. Air Permukaan
Air pemukaan adalah air yang berada di permukaan tanah dan dapat dengan mudah dilihat oleh mata kita. Contoh air permukaan seperti laut, sungai, danau, kali, rawa, empang, dan lain sebagainya. Air permukaan dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu :
a. Perairan Darat
Perairan darat adalah air permukaan yang berada di atas daratan misalnya seperti rawa-rawa, danau, sungai, dan lain sebagainya.
b. Perairan Laut
Perairan laut adalah air permukaan yang berada di lautan luas. Contohnya seperti air laut yang berada di laut.
Air bersih itu mengandung arti bahwa air yang memenuhi persyaratan untuk pengairan sawah, untuk rawatan air minum dan untuk rawatan air sanitasi. Persyaratan disini ditinjau dari persyaratan kandungan kimia, fisik dan biologis. Pengertian Air Bersih:
1. Secara Umum: Air yang aman dan sehat yang bisa dikonsumsi manusia.
2. Secara Fisik: Tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa.
3. Secara Kimia:
· pH netral (bukan asam/basa)
· Tidak mengandung racun dan logam berat berbahaya.
· Parameter-parameter seperti BOD, COD,DO, TS,TSS dan konductiviti memenuhi aturan pemerintah setempat.
2.1.2.1. Persyaratan Kualitas Air
Parameter Kualitas Air yang digunakan untuk kebutuhan manusia haruslah air yang tidak tercemar atau memenuhi persyaratan fisika, kimia, dan biologis.
1. Persyaratan Fisika Air
Air yang berkualitas harus memenuhi persyaratan fisika sebagai berikut:
- Jernih atau tidak keruh
Air yang keruh disebabkan oleh adanya butiran-butiran koloid dari tanah liat. Semakin banyak kandungan koloid maka air semakin keruh.
- Tidak berwarna
Air untuk keperluan rumah tangga harus jernih. Air yang berwarna berarti mengandung bahan-bahan lain yang berbahaya bagi kesehatan.
- Rasanya tawar
Secara fisika, air bisa dirasakan oleh lidah. Air yang terasa asam, manis, pahit atau asin menunjukan air tersebut tidak baik. Rasa asin disebabkan adanya garam-garam tertentu yang larut dalam air, sedangkan rasa asam diakibatkan adanya asam organik maupun asam anorganik.
- Tidak berbau
Air yang baik memiliki ciri tidak berbau bila dicium dari jauh maupun dari dekat. Air yang berbau busuk mengandung bahan organik yang sedang mengalami dekomposisi (penguraian) oleh mikroorganisme air.
- Temperaturnya normal
Suhu air sebaiknya sejuk atau tidak panas terutama agar tidak terjadi pelarutan zat kimia yang ada pada saluran/pipa, yang dapat membahayakan kesehatan dan menghambat pertumbuhan mikro organisme.
- Tidak mengandung zat padatan
Air minum mengandung zat padatan yang terapung di dalam air.
2. Persyaratan Kimia
Kandungan zat atau mineral yang bermanfaat dan tidak mengandung zat beracun.
1. pH (derajat keasaman)
Penting dalam proses penjernihan air karena keasaman air pada umumnya disebabkan gas Oksida yang larut dalam air terutama karbondioksida. Pengaruh yang menyangkut aspek kesehatan dari pada penyimpangan standar kualitas air minum dalam hal pH yang lebih kecil 6,5 dan lebih besar dari 9,2 akan tetapi dapat menyebabkan beberapa senyawa kimia berubah menjadi racun yang sangat mengganggu kesehatan.
2. Kesadahan
Kesadahan ada dua macam yaitu kesadahan sementara dan kesadahanvnonkarbonat (permanen). Kesadahan sementara akibat keberadaan Kalsium dan Magnesium bikarbonat yang dihilangkan dengan memanaskan air hingga mendidih atau menambahkan kapur dalam air. Kesadahan nonkarbonat (permanen) disebabkan oleh sulfat dan karbonat, Chlorida dan Nitrat dari Magnesium dan Kalsium disamping Besi dan Alumunium. Konsentrasi kalsium dalam air minum yang lebih rendah dari 75 mg/l dapat menyebabkan penyakit tulang rapuh, sedangkan konsentrasi yang lebih tinggi dari 200 mg/l dapat menyebabkan korosifitas pada pipa-pipa air. Dalam jumlah yang lebih kecil magnesium dibutuhkan oleh tubuh untuk pertumbuhan tulang, akan tetapi dalam jumlah yang lebih besar 150 mg/l dapat menyebabkan rasa mual.
3. Besi
Air yang mengandung banyak besi akan berwarna kuning dan menyebabkan rasa logam besi dalam air, serta menimbulkan korosi pada bahan yang terbuat dari metal. Besi merupakan salah satu unsur yang merupakan hasil pelapukan batuan induk yang banyak ditemukan diperairan umum. Batas maksimal yang terkandung didalam air adalah 1,0 mg/l
4. Aluminium
Batas maksimal yang terkandung didalam air menurut Peraturan Menteri Kesehatan No 82 / 2001 yaitu 0,2 mg/l. Air yang mengandung banyak aluminium menyebabkan rasa yang tidak enak apabila dikonsumsi.
5. Zat organik
Larutan zat organik yang bersifat kompleks ini dapat berupa unsur hara makanan maupun sumber energi lainnya bagi flora dan fauna yang hidup di perairan
6. Sulfat
Kandungan sulfat yang berlebihan dalam air dapat mengakibatkan kerak air yang keras pada alat merebus air (panci / ketel)selain mengakibatkan bau dan korosi pada pipa. Sering dihubungkan dengan penanganan dan pengolahan air bekas.
7. Nitrat dan nitrit
Pencemaran air dari nitrat dan nitrit bersumber dari tanah dan tanaman. Nitrat dapat terjadi baik dari NO2 atmosfer maupun dari pupuk-pupuk yang digunakan dan dari oksidasi NO2 oleh bakteri dari kelompok Nitrobacter. Jumlah Nitrat yang lebih besar dalam usus cenderung untuk berubah menjadi Nitrit yang dapat bereaksi langsung dengan hemoglobine dalam daerah membentuk methaemoglobine yang dapat menghalang perjalanan oksigen didalam tubuh.
8. Chlorida
Dalam konsentrasi yang layak, tidak berbahaya bagi manusia. Chlorida dalam jumlah kecil dibutuhkan untuk desinfektan namun apabila berlebihan dan berinteraksi dengan ion Na+ dapat menyebabkan rasa asin dan korosi pada pipa air.
9. Zink atau Zn Batas maksimal Zink yang terkandung dalam air adalah 15 mg/l. penyimpangan terhadap standar kualitas ini menimbulkan rasa pahit, sepet, dan rasa mual. Dalam jumlah kecil, Zink merupakan unsur yang penting untuk metabolisme, karena kekurangan Zink dapat menyebabkan hambatan pada pertumbuhan anak.
3. Persyratan mikrobiologis
Persyaratan mikrobiologis yangn harus dipenuhi oleh air adalah sebagai berikut:
- Tidak mengandung bakteri patogen, missalnya: bakteri golongan coli; Salmonella typhi, Vibrio cholera dan lain-lain. Kuman-kuman ini mudah tersebar melalui air.
- Tidak mengandung bakteri non patogen seperti: Actinomycetes, Phytoplankton colifprm, Cladocera dan lain-lain. (Sujudi,1995)
1. COD (Chemical Oxygen Demand)
COD yaitu suatu uji yang menentukan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bahan oksidan misalnya kalium dikromat untuk mengoksidasi bahan-bahan organik yang terdapat dalam air (Nurdijanto, 2000 : 15). Kandungan COD dalam air bersih berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No 82 / 2001 mengenai baku mutu air minum golongan B maksimum yang dianjurkan adalah 12 mg/l. apabila nilai COD melebihi batas dianjurkan, maka kualitas air tersebut buruk.
2. BOD (Biochemical Oxygen Demand)
Adalah jumlah zat terlarut yang dibutuhkan oleh organisme hidup untuk memecah bahan – bahan buangan didalam air (Nurdijanto, 2000 : 15). Nilai BOD tidak menunjukkan jumlah bahan organik yang sebenarnya tetepi hanya mengukur secara relatif jumlah oksigen yang dibutuhkan. Penggunaan oksigen yang rendah menunjukkan kemungkinan air jernih, mikroorganisme tidak tertarik menggunakan bahan organik makin rendah BOD maka kualitas air minum tersebut semakin baik. Kandungan BOD dalam air bersih menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No 82 / 2001 mengenai baku mutu air dan air minum golongan B maksimum yang dianjurkan adalah 6 mg/l Adanya penyebab penyakit didalam air dapat menyebabkan efek langsung dalam kesehatan. Penyakit-penyakit ini hanya dapat menyebar apabila mikro penyebabnya dapat masuk ke dalam air yang dipakai masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Tabel 1. Standar Kualitas Air di Perairan Umum
(Peraturan Pemerintah No.20 Tahun 1990)
No | Parameter | Satuan | Kadar Maksimum |
Golongan A | Golongan B | Golongan C | Golongan D |
FISIKA |
|
|
|
|
1 | Bau | - | - | - | - | - |
2 | Jumlah zat padat terlarut | Mg/L | 1000 | 1000 | 1000 | 1000 |
3 | Kekeruhan | Skala NTU | 5 |
|
|
|
4 | Rasa | - |
|
|
|
|
5 | Warna | Skala TCU | 15 |
|
|
|
6 | Suhu | oC | Suhu udara |
|
|
|
7 | Daya Hantar Listrik | Umhos/cm |
|
|
| 2250 |
|
| |
|
|
|
|
| | | | | | |
KIMIA anorganik |
|
|
|
|
1 | Air raksa | Mg/lt | 0.001 | 0.001 | 0.002 | 0.005 |
2 | Aluminium | Mg/lt | 0.2 | - |
|
|
3 | Arsen | Mg/lt | 0.005 | 0.05 | 1 | 1 |
4 | Barium | Mg/lt | 1 | 1 |
|
|
5 | Besi | Mg/lt | 0.3 | 5 |
|
|
6 | Florida | Mg/lt | 0.5 | 1.5 | 1.5 |
|
7 | Kadmium | Mg/lt | 0.005 | 0.01 | 0.01 | 0.01 |
8 | Kesadahan CaCO3 | Mg/lt | 500 |
|
|
|
9 | Klorida | Mg/lt | 250 | 600 | 0.003 |
|
10 | Kromium valensi 6 | Mg/lt | 0.005 | 0.05 | 0.05 | 1 |
11 | Mangan | Mg/lt | 0.1 | 0.5 |
| 2 |
12 | Natriun | Mg/lt | 200 |
|
| 60 |
13 | Nitrat sebagai N | Mg/lt | 10 | 10 |
|
|
14 | Nitrit sebagai N | Mg/lt | 1.0 | 1 | 0.06 |
|
15 | Perak | Mg/lt | 0.05 |
|
|
|
16 | .pH | | 6.5 – 8.5 | 5 – 9 | 6 – 9 | 5 – 9 |
17 | Selenium | Mg/lt | 0.01 | 0.01 | 0.05 | 0.05 |
18 | Seng | Mg/lt | 5 | 5 | 0.02 | 2 |
19 | Sianida | Mg/lt | 0.1 | 0.1 | 0.02 |
|
20 | Sulfat | Mg/lt | 400 | 400 |
|
|
21 | Sulfida sebagao H2S | Mg/lt | 0.05 | 0.1 | 0.002 |
|
22 | Tembaga | Mg/lt | 1.0 | 1 | 0.02 | 0.1 |
23 | Timbal | Mg/lt | 0.05 | 0.01 | 0.03 | 1 |
24 | Oksigen terlarut (DO) | Mg/lt | - | >=6 | >3 |
|
25 | Nikel | Mg/lt | - |
|
| 0.5 |
26 | SAR (Sodium Absortion Ratio) | Mg/lt | - |
|
| 1.5 – 2.5 |
|
|
|
|
|
|
|
Kimia Organik |
|
|
|
|
1 | Aldrin dan dieldrin | Mg/lt | 0.0007 | 0.017 |
|
|
2 | Benzona | Mg/lt | 0.01 |
|
|
|
3 | Benzo (a) Pyrene | Mg/lt | 0.00001 |
|
|
|
4 | Chlordane (total isomer) | Mg/lt | 0.0003 |
|
|
|
5 | Chlordane | Mg/lt | 0.03 | 0.003 |
|
|
6 | 2,4 D | Mg/lt | 0.10 |
|
|
|
7 | DDT | Mg/lt | 0.03 | 0.042 | 0.002 |
|
8 | Detergent | Mg/lt | 0.5 |
|
|
|
9 | 1,2 Dichloroethane | Mg/lt | 0.01 |
|
|
|
10 | 1,1 Dichloroethane | Mg/lt | 0.0003 |
|
|
|
11 | Heptachlor heptachlor epoxide | Mg/lt | 0.003 | 0.018 |
|
|
12 | Hexachlorobenzene | Mg/lt | 0.00001 |
|
|
|
13 | Lindane | Mg/lt | 0.004 | 0.056 |
|
|
14 | Metoxychlor | Mg/lt | 0.03 | 0.035 |
|
|
15 | Pentachlorophenol | Mg/lt | 0.01 |
|
|
|
16 | Pestisida total | Mg/lt | 0.1 |
|
|
|
17 | 2,4,6 Trichlorophenol | Mg/lt | 0.01 |
|
|
|
18 | Zat Organik (KMnO4) | Mg/lt | 10 |
|
|
|
19 | Endrin | Mg/lt | - | 0.001 | 0.004 |
|
20 | Fenol | Mg/lt | - | 0.002 | 0.001 |
|
21 | Karbon kloroform ekstrak | Mg/lt | - | 0.05 |
|
|
22 | Minyak dan lemak | Mg/lt | - | Nihil | 1 |
|
23 | Organofosfat dan carbanat | Mg/lt | - | 0.1 | 0.1 |
|
24 | PCD | Mg/lt | - | Nihil |
|
|
25 | Senyawa aktif biru metilen | Mg/lt | - | 0.5 | 0.2 |
|
26 | Toxaphene | Mg/lt | - | 0.005 |
|
|
27 | BHC | Mg/lt | - |
| 0.21 |
|
|
|
|
|
|
|
|
Mikrobiologik |
|
|
|
|
1 | Koliform tinja | Jml/100ml | 0 | 2000 |
|
|
2 | Total koliform | Jml/100ml | 3 | 10000 |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Radioaktivitas |
|
|
|
|
1 | Gross Alpha activity | Bq/L | 0.1 | 0.1 | 0.1 | 0.1 |
2 | Gross Beta activity | Bq/L | 1.0 | 1.0 | 1.0 | 1.0 |
| | | | | | | |
Keterangan:
Golongan A : air untuk air minum tanpa pengolahan terlebih dahulu
Golongan B : air yang dipakai sebagai bahan baku air minum melalui suatu pengolahan
Golongan C : air untuk perikanan dan peternakan
Golongan D : air untuk pertanian dan usaha perkotaan, industri dan PLTA.
Kualitas air yang digunakan masyarakat harus memenuhi syarat kesehatan agar dapat terhindar dari berbagai penyakit maupun gangguang kesehatan yang dapat disebabkan oleh air. Untuk mengetahui kualitas air tersebut, perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium yang mencakup antara lain pemeriksaan bakteriologi air, meliputi Most Probable Number (MPN) dan angka kuman. Pemeriksaan MPN dilakukan untuk pemeriksaan kualitas air minum, air bersih, air badan, air pemandian umum, air kolam renang dan pemeriksaan angka kuman pada air PDAM.
Khusus untuk air minum, disyaratkan bahwa tidak mengandung bakteri patogen, misalnya bakteri golongan E. coli, Salmonella typhi, Vibrio cholera. Kuman-kuman ini mudah tersebar melalui air (Transmitted by water) dan tidak mengandung bakteri non-patogen, seperti Actinomycetes dan Cladocera (Soewarno. 2002).
Tabel 2. Persyaratan Kualitas air minum secara Bakteriologis
Parameter | Satuan | Kadar maksimum yang diperbolehkan | Keterangan |
1 | 2 | 3 | 4 |
1. Air Minum | | | |
E. coli atau Fecal coli | Jumlah per 100 ml sampel | 0 | |
2. Air yang masuk sistem distribusi |
E. coli atau Fecal col | Jumlah per 100 ml sampel | 0 | |
Total Bakteri Coliform | Jumlah per 100 ml sampel | 0 | |
3. Air pada sistem distribusi |
E. coli atau Fecal col | Jumlah per 100 ml sampel | 0 | |
Total Bakteri Coliform | Jumlah per 100 ml sampel | 0 | |
Bagi manusia air minum adalah salah satu kebutuhan utama. Mengingat bahwa berbagai penyakit dapat dibawah oleh air kepada manusia memanfaatkannya, maka tujuan utama penyediaan air bersih/air minum bagi masyarakat adalah untuk mencegah penyakit yang dibawah oleh air. Penyediaan air bersih selain kuantitas kualitasnya pun harus memenuhi standar yang berlaku. Air minum yang memenuhi baik kuantitas maupun kualitas sangat membantu menurunkan angka kesakitan penyakit perut terutama penyakit diare. Sehingga pengawasan terhadap kualitas air minum agar tetap memenuhi syarat-syarat kesehatan berdasarkan Kepmenkes RI No 907/Menkes/SK/VII/2002 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air minum (Depkes, 2002)
Ditinjau dari jumlah atau kuantitas air yang dibuthkan manusia, kebutuhan dasar air bersih adalah jumlah air bersih minimal yang perlu disediakan agar manusia dapat hidup secara layak yaitu dapat memperoleh air yang diperlukan untuk melakukan aktivitas dasar sehari-hari (Sunjaya dalam Karsidi, 1999 : 18). Ditinjau dari segi kuantitasnya, kebutuhan air rumah tangga menurut Sunjaya adalah:
a. Kebutuhan air untuk minum dan mengolah makanan 5 liter/orang perhari.
b. Kebutuhan air untuk higien yaitu untuk mandi dan membersihkan dirinya 25–30 liter/orang perhari.
c. Kebutuhan air untuk mencuci pakaian dan peralatan 25–30 liter/orang perhari.
d. Kebutuhan air untuk menunjang pengoperasian dan pemeliharaan fasilitas sanitasi atau pembuangan kotoran 4 – 6 liter / orang perhari, sehingga total pemakaian perorang adalah 60 – 70 liter / hari di kota. Banyaknya pemakaian air tiap harinya untuk setiap rumah tangga berlainan, selain pemakaian air tiap harinya tidak tetap banyak keperluan air bagi tiap orang atau setiap rumah tangga itu masih tergantung dari beberapa faktor diantaranya adalah pemakaian air di daerah panas akan lebih banyak dari pada di daerah dingin, kebiasaan hidup dalam rumah tangga misalnya ingin rumah dalam keadaan bersih selalu dengan mengepel lantai dan menyiram halaman, keadaan sosial rumah tangga semakin mampu atau semakin tinggi tingkat sosial kehidupannya semakin banyak menggunakan air serta pemakaian air dimusim panas akan lebih banyak dari pada dimusim hujan.
2.1.2.2. Sumber-sumber air yang digunakan masyarakat
Ø Air Permukaan
Adalah air hujan yang mengalir di permukaan bumi. Pada umumnya air permukaan ini akan mendapat pengotoran selama pengalirannya, misalnya oleh lumpur, batang-batang kayu, daun-daun, kotoran industri dan lainnya. Air permukaan ada dua macam yaitu air sungai dan air rawa. Air sungai digunakan sebagai air minum, seharusnya melalui pengolahan yang sempurna, mengingat bahwa air sungai ini pada umumnya mempunyai derajat pengotoran yang tinggi. Debit yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan akan air minum pada umumnya dapat mencukupi. Air rawa kebanyakan berwarna disebabkan oleh adanya zat-zat organik yang telah membusuk, yang menyebabkan warna kuning coklat, sehingga untuk pengambilan air sebaiknya dilakukan pada kedalaman tertentu di tengah-tengah.
Ø Air tanah
Air tanah adalah air yang berada di bawah permukaan tanah didalam zone jenuh dimana tekanan hidrostatiknya sama atau lebih besar dari tekanan atmosfer (Suyono,1993 :1).
Ø Mata air
Yaitu air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan tanah dalam hampir tidak terpengaruh oleh musim dan kualitas atau kuantitasnya sama dengan air dalam.
Sistem penyediaan air bersih meliputi besarnya komponen pokok antara lain: unit sumber baku, unit pengolahan, unit produksi, unit transmisi, unit distribusi dan unit konsumsi, yaitu (1) Unit sumber air baku merupakan awal dari sistem penyediaan air bersih yang mana pada unit ini sebagai penyediaan air baku yang bisa diambil dari air tanah, air permukaan, air hujan yang jumlahnya sesuai dengan yang diperlukan. (2) Unit pengolahan air memegang peranan penting dalam upaya memenuhi kualitas air bersih atau minum, dengan pengolahan fisika, kimia, dan bakteriologi, kualitas air baku yang semula belum memenuhi syarat kesehatan akan berubah menjadi air bersih atau minum yang aman bagi manusia. (3). Unit produksi adalah salah satu dari sistem penyediaan air bersih yang menentukan jumlah produksi air bersih atau minum yang layak didistribusikan ke beberapa tandon atau reservoir dengan sistem pengaliran gravitasi atau pompanisasi. (4). Unit produksi merupakan unit bangunan yang mengolah jenis-jenis sumber air menjadi air bersih.
Ø Air PAM
Air yang berkesinambungan kualitas, kuantitas, dan kantinuitas, guna mendukung program Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang dikelola oleh PAM JAYA.
Sumber air baku yang digunakan oleh PAM DKI saat ini berasal dari sungai antara lain sungai Ciliwung, Krukut, Pesanggrahan, Saluran Sekunder Bekasi Tengah serta Banjir Kanal.
Ø Air Grobag
Air bersih/ Air PAM yang dibutuhkan warga dan diantar oleh pengecer dengan menggunakan gerobak untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
2.2.1 Bagan Alir Berpikir
Gambar 2.1. Bagan Alir Kerangka berpikir
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
3.1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui evaluasi pemenuhan penggunaan air sebagai kebutuhan rumah tangga di Kelurahan Koja Kecamatan Koja Kota Administrasi Jakarta Utara.
3.2. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dekriptif dengan pendekatan survei. Pada penelitian ini digunakan cara pengamatan, uji laboratorium air tanah dan wawancara serta pengisian kuisioner untuk data penggunaan air tanah.
3.3.Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan April hingga Juni 2010, dengan tempat penelitiannya yaitu di Kelurahan Koja Kecamatan Koja Kota Administrasi Jakarta Utara. Dengan alasan bahwa fenomena yang terjadi di Kelurahan Koja sangat menarik, karena dari hasil observasi lapangan dalam pemenuhan kebutuhan air rumah tangga, penduduk Kelurahan Koja tetap menggunakan air tanah untuk pemenuhan air rumah tangga sehari-hari meskipun air tanah di sana sudah diambang batas baku mutu air bersih menurut Permenkes RI No. 416/PER/XI/1990. Serta tindak lanjut dari penelitian sebelumnya tentang strategi pemenuhan kebutuhan penggunaan air tanah sebagai kebutuhan rumah tangga di Kelurahan Koja Kecamatan Koja Kota Administrasi Jakarta Utara.
3.4. Populasi dan Sampel
3.4.1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Dalam penelitian
ini pada populasi fisik subyeknya adalah seluruh air yang digunakan masyarakat di wilayah Kelurahan Koja Kecamatan Koja Kota Administrasi Jakarta Utara, sementara pada populasi sosial subyeknya adalah seluruh rumah tangga yang menggunakan air untuk kebutuhan domesti.
3.4.2. Sampel
Teknik penentuan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Purposive sampling artinya bahwa penentuan sampel sesuai dengan tujuan penelitian, dalam hal ini dibagi dalam sampel ini dambil 288 responden dari 960 rumah tangga pengguna air tanah di Kelurahan Koja Kecamatan Koja Kota Administrasi Jakarta Utara.
3.5.Teknik Pengambilan Sampel
Menurut Hefni Efendi (2003) dalam kumpulan Standar Nasional Indonesia Bidang Pekerjaan Umum menyatakan bahwa dalam teknik pengambilan sampel air tanah pada sumur bor dengan pompa tangan atau mesin, sampel diambil dari kran/mulut pompa. Pengambilan sampel dilakukan kira-kira lima menit setelah air mulai dibuang atau dikeluarkan.
3.6. Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer meliputi informasi yang diperoleh dari pengukuran di lapangan, wawancara dan juga hasil analisa laboratorium. Data sekunder meliputi informasi dari monografi Kelurahan, peta hidrogeologi, peta geologi, peta tataguna lahan dan data curah hujan.
3.7. Teknik Analisa Data
Adapun analisa yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:
1. Menganalisa sampel air yang berasal dari Kelurahan Koja Kecamatan Koja dan data wawancara serta kuisioner pengguna air tanah. Untuk penggunaan air tanah yang digunakan dalam analisa data adalah pola penggunaan air tanah dengan melihat tingkat kecukupan kebutuhan air domestik sebagai strategi pemenuhan kebutuhan air domestik.
2. Data yang diperoleh dari uji laboratorium dibandingkan dan digolongkan dengan daftar kriteria kualitas air menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990.
3.8. Instrumen Penelitian
Penelitian ini selain melakukan uji laboratorium sampel air tanah yang berasal dari air sumur penduduk juga dikombinasi dengan data yang disusun dalam Instrumen penelitian berbentuk kuisioner sebagai dasar wawancara.
3.8.1. Definisi Operasional
Untuk mempermudah dalam proses penelitian, peneliti menyusun definisi operasional, dalam menentukan kategori penelitian ini menggunakan skala likert, sebagaimana tabel sebagai berikut:
a. Kategori
Tabel 3.1. Kategori Penggunaan Air
No | Kategori | Skor |
1 | Selalu | 4 |
2 | Sering | 3 |
3 | Jarang | 2 |
4 | Tidak Pernah | 1 |
Sumber: Sugiyono, 2002